Abdul Muthalib merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam. Tidak hanya dikenal sebagai kakek dari Nabi Muhammad SAW, Abdul Muthalib juga dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana.
Ada banyak sekali kisah yang terjadi selama masa kepemimpinan beliau, salah satunya sejarah penghancuran Ka’bah oleh pasukan Abrahah.
Bagi umat islam, penting untuk mengetahui sejarah islam termasuk kisah Abdul Muthalib. Pada artikel ini, kami akan membahas mengenai Abdul Muthalib mulai dari silsilah keluarga hingga masa kepemimpinannya.
Siapa Abdul Muthalib
Syaibah bin Hasyim atau yang lebih dikenal dengan Abdul Muthalib, merupakan seorang pemimpin keempat dari suku Quraisy. Beliau adalah kakek dari Nabi Muhammad SAW.
Saat usianya mencapai 8 tahun, pamannya yang bernama Muthalib bin Abdu Manaf datang menemui dan memintanya untuk ikut bersamanya.
Awalnya, Salmah (ibu Abdul Muthalib) tidak menyetujui putranya pergi, begitupun Abdul Muthalib yang tidak ingin meninggalkan ibunya.
Muthalib pun menjelaskan kepada Salmah bahwa kehidupan di Mekah lebih baik daripada di Yatsrib. Setelah mendengarkan penjelasan dari Muthalib, akhirnya Salmah setuju untuk membiarkan Abdul Muthalib pergi.
Sejak saat itu, beliau diajak pergi ke Mekah dan dirawat oleh pamannya di sana.
Nama Asli Abdul Muthalib
Abdul Muthalib bernama asli Syaibah bin Hasyim. Nama “Syaibah” memiliki arti “kuno” atau “yang berambut putih”. Hal ini karena di rambut hitamnya terdapat garis putih. Beliau juga disebut Syaibah al-Hamd yang berarti “pemilik garis putih yang terpuji”.
Saat usia Syaibah menginjak 8 tahun, ia diajak oleh pamannya yang bernama Muthalib untuk tinggal bersama di Mekah. Saat itu, banyak orang yang menganggap Syaibah adalah budak (pelayan) dari Muthalib, sehingga orang-orang mulai memanggilnya Abdul Muthalib (pelayan Muthalib)
Silsilah Abdul Muthalib
Silsilah keluarga Muthalib memang panjang. Ayah Abdul Muthalib bernama Hasyim bin Abdu Manaf yang merupakan nenek moyang dari Bani Hasyim, salah satu keturunan Quraisy di Mekah. Sedangkan ibunya bernama Salma binti Amr yang berasal dari Bani Najjr, klan suku hazraj di Madinah.
Ayah beliau wafat sebelum beliau lahir. Saat itu, ayahnya sedang berbisnis di Syam. Setelah ditinggal ayahnya, beliau dibesarkan di Yastrib bersama dengan ibu dan keluarganya.
Beliau memiliki 5 orang istri. Dari istri-istrinya tersebut melahirkan 10 orang anak laki-laki dan 6 orang anak perempuan.
Berikut nama istri-istri Abdul Muthalib beserta dengan anaknya.
- Nutailah binti Janab, melahirkan 2 orang putra bernama Al-Abbas dan Dhirar.
- Halah binti Wuhaib bin Abdu Manat bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay, melahirkan 3 orang putra bernama Hamzah, Hajl, Al-Muqawwim, dan seorang putri bernama Syafiah.
- Fathimah binti Amr bin Aidz bin Imran bin Makhzum bin Yaqadhah bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nahdr, melahirkan 3 orang putra bernama Abdullah, Abu Thalib (nama aslinya Abdu Manaf), Zubair, dan 5 orang putri bernama Ummu Hakim Al-Baidha, Atikah, Umaimah, Arwa, dan Barrah.
- Samra binti Jundub, melahirkan seorang putra bernama Al-Harits.
- Lubna binti Hajar bin Abdu Manaf bin Dhathir bin Hubsyiyyah bin Salul bin Ka’ab bin Amr Al-Khuza’i, melahirkan seorang putra bernama Abu Lahab (nama aslinya Abdul Uzza)
Muthalib kemudian memiliki seorang cucu bernama Muhammad, yang merupakan anak dari Aminah dan Abdullah. Aminah itu sendiri merupakan anak dari Barrah binti Abdul Uzza bin Utsman bin Abduddaar bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nahdr
Agama Abdul Muthalib
Berdasarkan sejarah, agama yang beliau anut adalah Abrahamic atau Agama Ibrahim. Hal ini dikarenakan tidak pernah terdengar kisah sejarah di dalam Al-Quran ataupun hadits yang mengungkapkan bahwa Abdul Muthalib menyembah berhala seperti kabilah lain.
Selain itu, beliau hidup hanya sampai Nabi Muhammad berusia 8 tahun dan belum menjadi rasul. Sehingga, beliau belum memeluk agama islam.
Anak2 Abdul Muthalib
Beliau memiliki 10 orang anak laki-laki dan 6 orang anak perempuan yang dilahirkan dari ibu yang berbeda.
Berikut 10 anak laki-laki Abdul Muthalib.
- Al-Abbas
- Hamzah
- Abdullah
- Abu Thalib (nama aslinya Abdu Manaf)
- Zubair
- Al-Harits
- Hajl
- Al-Muqawwim
- Dhirar
- Abu Lahab (nama aslinya Abdul Uzza)
Berikut 6 anak perempuan Abdul Muthalib.
- Shafiyyah
- Ummu Hakim Al-Baidha
- Atikah
- Umaimah
- Arwa
- Barrah
Abdul Muthalib Bertugas Sebagai Penjaga
Pada tahun gajah atau tahun kelahiran Nabi Muhammad, beliau dipercaya untuk menjadi pemimpin Mekah dan menjaga Ka’bah. Pada masa kepemimpinannya, beliau menghadapi situasi dimana ia harus melindungi Ka’bah dari Raja Abrahah yang ingin menghancurkannya.
Saat itu, ada seorang raja besar dari Yaman bernama Abrahah yang merasa iri kepada Mekah dan Ka’bah, karena sering dikunjungi orang dari berbagai penjuru dunia untuk melaksanakan haji atau umrah.
Abrahah pun berusaha menandingi Mekah dengan membuat gereja megah di Yaman. Tujuannya agar orang-orang tidak berziarah ke Mekah dan beralih datang ke gerejanya. Orang Arab yang mendengar hal tersebut langsung marah dan merusak bangunan gereja milik Abrahah.
Abrahah yang mendengar gerejanya dirusak pun marah dan langsung mengumpulkan pasukannya untuk menghancurkan Ka’bah. Dia datang bersama dengan pasukannya dan dipimpin seekor gajah putih bernama “Mahmud”.
Beberapa suku di Arab berusaha untuk melawan Abrahah, namun tidak bisa karena kekuatannya yang besar. Bahkan Abrahan sempat merampok harta serta hewan ternak penduduk Mekah.
Ketika Abrahah ingin memasuki Mekah, ia mengirim seseorang dari Himyar untuk memberitahu Abdul Muthalib tentang keinginannya untuk menghancurkan Ka’bah.
Abdul Muthalib yang saat itu menjadi pemimpin Mekah meminta semua orang untuk berlindung di bukit. Sedangkan Abdul Muthalib dan beberapa anggota kaum Quraisy tetap berada di lingkungan Ka’bah.
Abrahah kemudian mengirim seseorang untuk mengundang Abdul Muthalib mendiskusikan beberapa hal. Abdul Muthalib pun datang menemui Abrahah.
Abrahah mengatakan bahwa ia hanya ingin menghancurkan Ka’bah dan tidak berniat perang. Abdul Muthalib pun tidak menjawab dan hanya meminta Abrahah untuk mengembalikan 200 unta yang telah dia rampas.
Abdul Muthalib pada saat itu sudah pasrah. Ia berdiri di depan pintu Ka’bah sambil berdo’a kepada Allah SWT karena terlalu lemah untuk melindungi rumah Tuhan.
Saat itu, Abrahah dan pasukannya langsung bersiap untuk memasuki Mekah. Tidak disangka, pasukan gajah Abrahah tiba-tiba berlutut dan menghadap ke Mekah.
Saat Abrahah dan pasukannya kebingungan, munculah segerombol burung yang membawa batu kecil dan menghujani pasukan Abrahah.
Setelah kejadian tersebut, hampir seluruh pasukan Abrahah tewas termasuk Abrahah. Dengan begitu, pasukan Abrahah pun gagal menghancurkan Ka’bah.
Abdul Muthalib Meninggal Pada Usia
Beliau lahir pada tahun 497 dan meninggal pada tahun 578. Menurut sejarawan, ada yang mengatakan beliau wafat di usia 80 tahun, ada juga yang mengatakan lebih dari 100 tahun. Hal ini disebutkan dalam kitab Al-Sirah Al-Halbiyah berikut:
توفي عبد المطلب وله من العمرخمس وتسعون سنة، وقيل مائة وعشرون، وقيل وأربعون
Artinya : Abdul Muththalib meninggal pada usia 95 tahun, sebagian mengatakan 110 tahun, sebagian mengatakan 140 tahun.
Beliau menjadi pengasuh Nabi Muhammad sejak ia berusia 6 tahun, tepatnya setelah ibu Nabi Muhammad meninggal.
Setelah 2 tahun mengasuh Nabi Muhammad, beliau pun wafat pada saat Nabi Muhammad berusia 8 tahun. Setelah ditinggal kakeknya, Nabi Muhammad diasuh oleh pamannya bernama Abu Thalib.
Makam Abdul Muthalib
Menurut para ulama’, beliau dimakamkan di Gunung Hujan yang ada di Kota Mekah. Makamnya bersebelahan dengan makam kakeknya, yaitu Qushay bin Kilab. Saat ini, Gunung Hujan dikenal sebagai tempat pemakaman Jannatul Mualla di Mekkah, Arab Saudi.
Abdul Muthalib Masuk Surga atau Neraka
Abdul Muthalib, kakek dari Nabi Muhammad SAW masuk surga. Hal tersebut berdasarikan pada firman Allah yang mengatakan bahwa tidak ada azab kepada hambanya sebelum diutus rasul untuk datang.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al Isra ayat 15 yang berbunyi:
وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًا…
Artinya : “Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (Q.S Al-Isra Ayat 15)
Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah tidak akan memberi azab kepada seseorang sebelum diutus rasul untuk datang. Diketahui Muthalib hidup sebelum Nabi Muhammad lahir hingga usia Nabi Muhammad SAW 8 tahun.
Begitupun dengan ayahnya yang meninggal saat Nabi Muhammad di usia 2 bulan di dalam kandungan dan ibunya meninggal saat Nabi Muhammad SAW berusia 6 tahun.
Pada masa hidup Abdul Muthalib, Nabi Muhammad masih belum diutus menjadi rasul. Pada zaman tersebut masih belum masuk ajaran agama islam. Berdasarkan ayat Al-Qur’an di atas, maka beliau masuk surga.
Meski belum memeluk ajaran agama islam, beliau tidak melakukan hal musyrik. Beliau tidak menyembah berhala seperti yang dilakukan nenek moyangnya.
Selain itu, beliau juga berperan penting dalam sejarah islam yaitu memimpin Mekah dan menjaga Ka’bah selaku rumah Allah SWT.
Meskipun beliau meninggal sebelum Nabi Muhammad menjadi rasul, namun kisah perjuangannya angat penting bagi sejarah islam.
Kepemimpinannya yang bijaksana serta rasa sayangnya kepada Nabi Muhammad menjadi sosok yang menginspirasi bagi umat islam. Tidak hanya di dalam sejarah agama islam, beliau juga menjadi tokoh penting bagi bangsa Arab pada zamannya.