Masjidil Haram memiliki makna khusus bagi umat Islam di seluruh dunia. Keistimewaannya berasal dari sejarah panjang dan nilai-nilai religius yang mendalam.
Daftar Isi
ToggleMasjidil Haram adalah kiblat bagi umat Islam saat menunaikan salat dan menjadi imam Masjidil Haram adalah sebuah kehormatan besar bagi seorang Muslim.
Tugas ini tidak hanya berkaitan dengan status Masjidil Haram sebagai masjid paling suci, tetapi juga dengan tanggung jawab besar yang diemban oleh imam.
Peran Imam Masjidil Haram
Seorang imam Masjidil Haram memimpin salat bagi jutaan umat Islam yang datang dari berbagai penjuru dunia setiap tahunnya.
Imam Masjidil Haram harus memiliki pengetahuan agama yang mendalam, suara yang merdu, dan kemampuan untuk memimpin salat dengan khusyuk.
Syarat Menjadi Imam Masjidil Haram
Menurut Haramain Sharifain, berikut adalah syarat-syarat menjadi imam Masjidil Haram:
- Warga Negara Saudi.
- Memiliki kapasitas penuh dan pengalaman sebagai imam.
- Memiliki suara yang khas dan baik.
- Memegang minimal satu gelar master dari fakultas ilmu forensik di Kerajaan Arab Saudi.
- Hafiz Qur’an.
Cara Menjadi Imam Masjidil Haram
Cara menjadi imam di masjidil haram ialah melalui proses penunjukan yang berada di bawah wewenang Kerajaan Arab Saudi.
Raja Arab Saudi, yang bergelar Khadim al-Haramain Asy-Syarifain, memiliki hak untuk menentukan siapa yang layak menjadi imam di Masjidil Haram.
Beberapa ulama dari luar Arab Saudi juga pernah mendapat kehormatan untuk menjadi imam Masjidil Haram. Misalnya, Syekh Nawawi al-Bantani dari Indonesia pernah dipercaya memimpin ibadah di Masjidil Haram.
Namun, aturan baru yang dikeluarkan oleh Dewan Kepresidenan Umum untuk Urusan Haramain, yang dipimpin oleh Sheikh Abdul Rehman Al Sudais, menetapkan bahwa imam ditunjuk dengan kontrak empat tahun yang dapat diperpanjang.
Daftar Imam Masjidil Haram yang Memiliki Suara Merdua
1. Syaikh Shalih bin Humaid
Syaikh Shalih bin Humaid menyelesaikan hafalan Al-Qur’an pada usia 20 tahun dan meraih gelar sarjana serta magister dari Universitas Umm Al-Qura.
Beliau pernah menjabat sebagai Presiden Komisi Kehakiman Tinggi dan diangkat menjadi Imam di Masjidil Haram pada tahun 1983.
2. Syaikh Abdul Rahman Sudais
Lahir pada tahun 1960, Syaikh Sudais dikenal dengan suara merdunya. Ia hafal 30 juz Al-Qur’an sejak usia 12 tahun dan meraih Ph.D dalam bidang Syariah Islam dari Universitas Umm Al-Qura. Sejak 1991, ia menjadi imam salat tarawih di Masjidil Haram.
3. Syaikh Saud Shuraim
Dr. Syaikh Saud Shuraim memiliki pendidikan tinggi dari berbagai institusi termasuk Universitas Al-Yarmouk dan Institut Ma’had Al-’aali Lilqadhah. Ia dilantik menjadi imam di Masjidil Haram oleh Raja Fahad bin Abdul Azeez Al-Saud pada tahun 1992.
4. Syaikh Bandar Baleela
Lahir pada tahun 1975, Syaikh Bandar Baleela meraih gelar master dari Universitas Umm Al-Qura dan Ph.D dari Universitas Islam Madinah.
Beliau diangkat menjadi imam tamu untuk memimpin salat tarawih pada tahun 2013 dan kemudian menjadi Imam Masjidil Haram.
5. Syaikh Yasir bin Al-Dossary
Syaikh Yasir Al-Dossary, lahir pada 6 Agustus 1980, adalah imam, khatib, dan qari asal Arab Saudi. Ia mulai bertugas sebagai Imam Masjidil Haram sejak tahun 2019 dan sering memimpin salat tarawih serta tahajud.
6. Syaikh Maher Al-Muaiqly
Dikenal sebagai ahli matematika dan hafiz Al-Qur’an, Syaikh Maher Al-Muaiqly memiliki suara yang teduh. Ia diangkat menjadi pemimpin tarawih di Masjid Nabawi pada tahun 2005 dan menjadi Imam di Masjidil Haram pada tahun 2007.
Dengan penunjukan imam yang memenuhi syarat tinggi, Masjidil Haram tetap menjadi pusat spiritual yang agung bagi umat Islam di seluruh dunia.
Peran dan tanggung jawab seorang imam Masjidil Haram sangat penting dalam menjaga keutuhan dan kekhusyukan ibadah di tempat paling suci ini.