ISTANBUL – Hagia Sophia bukan tempat asing pelancong yang sudah pernah ke Turki. Arsitekturnya yang istimewa adalah godaan untuk datang dan menyimpan beberapa foto diri dengan latar belakang bangunan di Istanbul itu.
Tetapi Hagia Sophia jadi trending di media sosial, Sabtu, 11 Juli 2020, setelah azan berkumandang lagi dari menaranya. Azan pertama setelah 86 tahun.
Pada 1934, kabinet Republik Turki di bawah kendali Presiden Mustafa Kemal Attaturk mengalih fungsi Hagia Sophia. Dari masjid menjadi museum.
Delapan dekade berlalu, Presiden Recep Tayyip Erdogan memutuskan untuk mengembalikan Hagia Sophia sebagai tempat ibadah umat muslim. Akan dibuka untuk publik mulai salat Jumat, 24 Juli 2020 mendatang.
Unggahan mengenai Hagia Sophia pun ramai di media sosial. Tak terkecuali para jemaah Tazkiyah Tour yang pernah ke sana. Kenangan berupa foto di depan bangunan berusia 1.500-an tahun itu dipajang lagi, diikuti keterangan ingin merasakan salat di sana.
Tazkiyah Tour melalui program Umrah Plus memang menjadikan Turki sebagai salah satu destinasi rutin. Kelak ketika pandemi berakhir, perjalanan umrah disertai tur ke negara yang terletak di dua benua itu akan dibuka lagi. Tentu saja salah satu agendanya adalah mengunjungi Hagia Sophia.
Salat di Hagia Sophia memang akan menjadi momen spesial. Bukan hanya karena baru lagi dibuka sebagai masjid, namun juga akan menempatkan jemaah menghadap dua kiblat sekaligus.
Bila menarik garis di peta hingga ke Kakbah di Mekah, garis itu juga akan menyentuh titik Masjid Al Aqsa di Yerusalem. Aqsa adalah kiblat pertama umat Islam sebelum turun perintah Allah mengubah hadap salat ke Kakbah pada tahun 12 Hijriah.
Presiden Erdogan mengatakan “kebangkitan Hagia Sophia” adalah pertanda satu langkah pembebasan Masjid Al Aqsa dan umat Islam mulai meninggalkan keterpurukannya.
“Kebangkitan Hagia Sophia adalah kehendak umat Islam dari seluruh dunia untuk keluar dari masa-masa kehampaan. Kebangkitan Hagia Sophia adalah kobaran harapan tak hanya untuk umat Islam tetapi juga dari semua masyarakat yang tertindas, korban perang dan penjajahan.”
“Kebangkitan Hagia Sophia adalah seruan baru kami sebagai bangsa Turki dan Muslim kepada seluruh umat manusia,” ujar Erdogan.
Hargai Perbedaan
Erdogan menjamin Hagia Sophia akan terus merangkul semua orang dengan status barunya sebagai masjid dengan cara yang jauh lebih tulus.
“Saya berharap semuanya dapat menghormati keputusan yang diambil oleh pengadilan tinggi dan badan eksekutif Turki terkait Hagia Sophia.”
Turki menghargai semua pandangan tentang status baru Hagia Sophia. Namun, setiap sikap atau tanggapan yang mengintervensi akan dianggap sebagai “pelecehan” terhadap “kemerdekaan” Turki.
“Saya menggarisbawahi bahwa kita akan membuka Hagia Sophia sebagai masjid dengan melestarikan warisan budaya bersama umat manusia,” tekan Erdogan.
Erdogan mengatakan para pengunjung Hagia Sophia selanjutnya dapat berkunjung tanpa membayar biaya sepeser pun.
Dia menambahkan bahwa umat Islam, Kristen, dan Yahudi hidup dalam damai di Istanbul sejak penaklukan kota Istanbul, dan masyarakat Turki menghormati tempat ibadah non-Muslim lainnya, di satu sisi lain banyak peninggalan Utsmani di Eropa Timur dan Balkan secara bertahap dilenyapkan.
Sebelumnya, pengadilan Turki pada Jumat membatalkan dekrit Kabinet 1934, yang mengubah Hagia Sophia di Istanbul menjadi museum, dan keputusan ini membuka jalan untuk pengalihfungsian situs itu sebagai masjid setelah jeda 86 tahun.
Pengadilan tinggi memutuskan bahwa sertifikat bangunan yang dimiliki oleh sebuah yayasan yang didirikan oleh Sultan Muhammad al-Fatih secara hukum tidak dapat diubah menjadi museum.
Hagia Sophia, warisan mahakarya arsitektur dunia yang tak tertandingi, mengalami restorasi berkali-kali selama era Ottoman, termasuk penambahan menara oleh arsitek terkenal Mimar Sinan untuk pengumandangan azan.
Di bawah Republik Turki bangunan itu diubah menjadi museum pada 1935. Dalam beberapa tahun terakhir para pemimpin Turki menyerukan pengubahan sebagai masjid lagi dan mengizinkan warga beribadah di sana pada acara-acara khusus.
Sejarah Panjang
Hagia Sophia adalah saksi jatuh bangun dinasti penguasa Turki. Dikutip dari History, Hagia Sophia atau dalam bahasa Turki disebut Ayasofya atau Sancta Sophia dalam bahasa Latin, artinya adalah kebijaksanaan
Tahun 360 Masehi (jauh sebelum kelahiran Nabi Muhammad), Kaisar Bizantium, Constantius I, memerintahkan pembangunan Hagia Sophia sebagai sebuah gereja untuk umat Kristen Ortodoks Yunani di Konstantinopel yang kini bernama Istanbul. Awalnya gereja ini beratapkan kayu.
Pada 404, bangunan Hagia Sophia pertama terbakar akibat kerusuhan yang terjadi di sekitar bangunan tersebut. Kerusuhan diakibatkan konflik politik antar keluarga Kaisar Arkadios yang kemudian menjadi penguasa pada 395-408 AD.
Pada 415, struktur kedua Hagia Sophia selesai dibangun Kaisar Theodosis II yang merupakan penerus Arkadio. Bangunan yang baru memiliki lima nave (tempat bangku-bangku umat) dan jalan masuk yang khas dengan atap terbuat dari kayu.
Hagia Sophia melanjutkan perannya yang sangat penting dalam politik dan sejarah Bizantium, termasuk menjadi saksi Perang Salib. Wilayah Konstantinopel termasuk Hagia Sophia sempat berada di bawah kekuasaan Romawi untuk waktu singkat. Kekaisaran Bizantium dikisahkan berhasil menguasai kembali kota tersebut dan Hagia Sophia yang kembali rusak.
Perubahan besar Hagia Sophia selanjutnya terjadi sekitar 200 tahun kemudian saat Dinasti Ottoman menguasai Kontantinopel. Di bawah pimpinan Sultan Muhammad Al Fatih (Mehmed II), dinasti ini berhasil menaklukkan wilayah tersebut dan mengganti namanya menjadi Istanbul pada 1453.
Dengan pengaruh Islam, Hagia diubah menjadi masjid dengan menutup ornamen bangunan yang bertema Orthodox. Ornamen diganti kaligrafi yang didesain Kazasker Mustafa İzzet. Kaligrafi tersebut antara lain tulisan Allah Swt., Nabi Muhammad saw, empat khalifah pertama, dan dua cucu Rasulullah saw.
Sayangnya pada 1935, Mustafa Kemal yang berkuasa mengubahnya jadi museum. Diklaim bisa menarik hingga jutaan wisatawan setiap tahun.
Hingga pada 2013, isu mengembalikan Hagia Sophia sebagai masjid mulai hadir dengan sebagian masyarakat mulai mengakui peran penting Dinasti Ottoman.
Tahun ini itu terwujud. Azan sudah berkumandang kemarin dan salat Jumat perdana akan digelar 24 Juli mendatang.
Lalu, kapan kita ke sana? (*)