Jabal Nur, atau dalam bahasa Arab disebut Jabal an-Nur yang berarti Gunung Cahaya, merupakan salah satu destinasi paling bersejarah dan penting bagi umat Muslim di seluruh dunia.
Terletak di sebelah timur laut kota suci Mekkah, Arab Saudi, gunung ini tidak hanya terkenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena peristiwa besar yang mengubah sejarah manusia selamanya.
Di puncak Jabal Nur, tepatnya di dalam Gua Hira, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril, yang menjadi titik awal munculnya cahaya Islam.
Lokasi Jabal Nur Dimana?
Jabal Nur terletak sekitar 5 kilometer dari Masjidil Haram, di daerah perbukitan di utara Mekkah. Gunung ini memiliki ketinggian sekitar 640 meter, dan meskipun terlihat menantang, mendaki Jabal Nur menjadi salah satu pengalaman spiritual yang tak terlupakan bagi banyak peziarah yang datang ke Mekkah.
Untuk mencapai puncaknya, pengunjung harus mendaki sekitar satu jam melalui jalur berbatu dan curam dengan kemiringan hingga 60 derajat.
Puncak Jabal Nur menawarkan pemandangan kota Mekkah yang spektakuler, terutama pada pagi dan sore hari saat matahari terbit atau terbenam.
Dari sana, Masjidil Haram dapat terlihat dengan jelas tanpa terganggu oleh gedung-gedung tinggi di sekitarnya.
Bagi umat Muslim, pemandangan ini memberikan rasa syukur dan kerendahan hati, seolah-olah menyaksikan langsung sejarah yang hidup di depan mata mereka.
Sejarah Jabal Nur Gua Hira
Sebelum masa kenabian, Makkah adalah pusat peribadatan bagi kaum pagan yang menyembah berbagai berhala di sekitar Ka’bah.
Nabi Muhammad ﷺ, yang dikenal sebagai seseorang yang selalu menjunjung tinggi kebenaran dan integritas, merasa terganggu dengan kebiasaan penyembahan berhala ini dan berbagai ketidakadilan sosial yang ada di sekitarnya.
Sebagai seorang yang memiliki hati yang bersih, Nabi ﷺ kerap mencari kedamaian dan petunjuk dari Allah melalui perenungan yang mendalam.
Untuk menghindari hiruk-pikuk kehidupan di Makkah dan mengarahkan perhatian pada Tuhan, Nabi Muhammad ﷺ mulai melakukan khalwah (menyendiri) di Gua Hira di puncak Jabal Nur.
Pada waktu-waktu tertentu, terutama pada bulan Ramadhan, Nabi ﷺ akan menghabiskan waktu bermeditasi di sana, memikirkan kehidupan dan penciptaan, serta beribadah kepada Allah sesuai dengan ajaran tauhid (monoteisme) yang diwarisi dari Nabi Ibrahim عليه السلام.
Turunnya Wahyu Pertama
Pada tahun 610 M, ketika Nabi Muhammad ﷺ berusia 40 tahun, beliau kembali ke Gua Hira untuk melakukan khalwah seperti biasanya.
Namun, kali ini sesuatu yang sangat luar biasa terjadi. Pada malam ke-17 Ramadhan, Allah mengutus malaikat Jibril untuk menemui Nabi ﷺ di gua tersebut.
Jibril datang dengan membawa wahyu pertama yang menjadi awal dari kenabian Nabi Muhammad ﷺ. Malaikat Jibril mendekati Nabi Muhammad ﷺ dan memintanya untuk membaca.
Nabi ﷺ, yang tidak bisa membaca maupun menulis, dengan jujur menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Tiga kali malaikat Jibril meminta Nabi ﷺ untuk membaca, hingga akhirnya Jibril menyampaikan wahyu Allah yang tercantum dalam Surah Al-Alaq, ayat 1-5:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq: 1-5)
Ketika wahyu ini turun, Nabi Muhammad ﷺ merasa ketakutan dan terguncang oleh pengalaman luar biasa ini.
Beliau segera turun dari Jabal Nur dan bergegas pulang ke rumahnya untuk menemui istrinya, Khadijah binti Khuwailid.
Setibanya di rumah, Nabi ﷺ meminta Khadijah untuk menyelimutinya sambil menceritakan apa yang baru saja terjadi. Khadijah, yang sangat mencintai dan mempercayai suaminya, menenangkan Nabi ﷺ.
Khadijah kemudian membawa Nabi ﷺ menemui sepupunya, Waraqah bin Naufal, seorang ahli kitab yang memahami ajaran agama Yahudi dan Nasrani.
Setelah mendengar kisah Nabi ﷺ, Waraqah berkata bahwa yang datang kepada Nabi ﷺ adalah malaikat Jibril, sebagaimana malaikat ini pernah datang kepada para nabi terdahulu.
Waraqah juga menegaskan bahwa Nabi Muhammad ﷺ telah dipilih sebagai utusan Allah dan akan menghadapi banyak tantangan dalam menyebarkan risalah ini.
Berziarah di Jabal Nur dan Gua Hira
Saat ini, Jabal Nur menjadi salah satu tempat yang banyak dikunjungi oleh umat Muslim dari seluruh dunia.
Banyak peziarah atau jemaah umroh yang datang untuk mendaki gunung ini dan mengunjungi Gua Hira, meskipun pendakian ke puncak cukup melelahkan dan memerlukan stamina yang kuat.
Namun, banyak yang merasa bahwa perjalanan spiritual ini memberikan pengalaman yang mendalam, mengingatkan mereka pada perjuangan dan pengorbanan Nabi Muhammad ﷺ dalam menyampaikan risalah Islam.
Kisah di Jabal Nur dan Gua Hira mengajarkan kepada umat Islam tentang pentingnya keteguhan hati dan keinginan yang tulus untuk mencari kebenaran.
Nabi Muhammad ﷺ memberikan contoh betapa pentingnya berjuang untuk memahami kehendak Allah melalui ibadah dan perenungan.
Peristiwa ini juga mengajarkan pentingnya selalu berserah diri kepada Allah, terutama ketika menghadapi tantangan dalam menjalankan amanah-Nya.