Ini kisah tentang keluarga Bugis dan cara pandang soal ibadah haji. Tidak ada yang mesti dihitung terlalu lama untuk urusan yang satu ini.
***
HERMAN masih pengantin baru kala itu. Beberapa waktu sebelumnya nama seorang gadis Pinrang dia lafalkan dalam sekali tarikan napas di depan penghulu, wali, dan para saksi. Gadis yang belum terlalu lama dia kenal. Mereka mereguk indahnya pacaran setelah ijab kabul.
Tahun itu, 2006, Herman juga pelan-pelan menarik diri dari usaha jual beli hasil bumi peninggalan orang tua di seputaran tol. Bersama istri, Irmayanti, ia hendak mandiri. Merintis usaha dari nol. Jual beli hasil bumi juga.
Idealnya Herman membangun terlebih dahulu bisnisnya sebelum berpikir yang lain. Tetapi saat itu dia malah berangkat ke tanah suci. Bayarnya pun tidak murah. Sebab bersama kakaknya, Mursalim, ia memilih jalur ONH Plus. Baca Lebih Lanjut