Hi, How Can We Help You?
November 16, 2024

4 Hal Tentang Ibadah Sa’i yang Wajib Diketahui

Sa’i merupakan salah satu rukun dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah yang memiliki makna spiritual mendalam bagi umat Islam.

Rukun ini dilakukan dengan berjalan atau berlari kecil sebanyak tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah yang terletak di dalam Masjidil Haram, Makkah.

Dalam sejarahnya, sa’i mengenang perjuangan Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim, dalam mencari air untuk putranya, Ismail.

Ritual ini tidak hanya menjadi simbol dari kesabaran dan kepercayaan kepada Allah, tetapi juga sebagai manifestasi dari ketangguhan dan semangat dalam menghadapi cobaan hidup.

Dalam artikel ini, kita akan mendalami lebih lanjut mengenai aspek-aspek sa’i yang mungkin belum banyak diketahui oleh sebagian besar umat Islam.

Pembahasan akan difokuskan pada empat hal utama: sejarah dan asal-usul sa’i, syarat sa’i, tata cara pelaksanaannya, dan bacaan yang dibaca saat melaksanakan sa’i.

Dengan memahami keempat aspek ini, diharapkan pembaca dapat memperoleh wawasan yang lebih mendalam tentang sa’i, tidak hanya sebagai rukun ibadah tetapi juga sebagai perjalanan spiritual yang sarat akan hikmah dan pelajaran hidup.

Sejarah Ibadah Sa’i

Sejarah sa’i di antara Bukit Shafa dan Marwah berawal ketika Siti Hajar berusaha mencari air untuk putranya Ismail, yang tengah kehausan.

sa'i
hajiumrahnews.com

Pada saat itu, Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk meninggalkan istri dan anaknya di sebuah gurun yang sangat tandus.

Merasa bingung dan sedih atas rencana kepergian suaminya, Siti Hajar pun bertanya, “Hendak pergi kemanakah engkau Ibrahim?”

Nabi Ibrahim tidak menjawab dan tetap diam, membuat Siti Hajar semakin gelisah. Ia kemudian menambahkan, “Sampai hatikah engkau Ibrahim meninggalkan kami berdua di tempat sunyi dan tandus seperti ini?” Ibrahim masih tidak menjawab dan tidak menoleh.

Akhirnya, Siti Hajar bertanya lagi, “Adakah ini perintah dari Allah SWT?” Saat itu, Nabi Ibrahim menjawab, “Ya.” Mendengar jawaban tersebut, hati Siti Hajar menjadi lebih tenang.

Ia berkata, “Jika memang demikian, pastilah Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan nasib kita.”

Setelah meninggalkan Siti Hajar dan Ismail dengan bekal makanan dan minuman, persediaan tersebut lama-kelamaan habis. Siti Hajar kemudian berusaha mencari air untuk anaknya.

Dari tempat ia berada, Siti Hajar melihat Bukit Shafa dan segera bergegas menuju puncaknya, tetapi tidak menemukan apapun. Ia kemudian turun dan menuju Bukit Marwah, namun hasilnya tetap sama.

Ia berlari bolak-balik antara Bukit Shafa dan Marwah hingga tujuh kali.

Setelah tujuh kali berlari, Siti Hajar mendengar suara gemericik air dari Bukit Marwah. Ia segera menghampiri arah suara tersebut dan terkejut menemukan pancaran air deras yang keluar dari dalam tanah di bawah telapak kaki Nabi Ismail.

Air tersebut kini dikenal sebagai air zamzam, yang hingga kini tidak pernah surut atau kering. Orang-orang Arab yang melintasi kawasan tersebut kemudian memutuskan untuk tinggal, dan kawasan itu berkembang menjadi Kota Mekkah.

Peristiwa Siti Hajar tersebut menjadi dasar dari ibadah sa’i yang dilakukan oleh umat Muslim saat melaksanakan ibadah haji dan umrah.

Syarat Sa’i

Menurut Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah Kementerian Agama, ada 4 syarat sa’i. Keempat syarat itu adalah:

sa'i
hajiumrahnews.com

1. Didahului dengan tawaf
2. Sa’i dilakukan dimulai dari Bukit Safa dan berakhir di Marwa
3. Melakukan 7 kali perjalanan dari Bukit Safa ke Bukit Marwa dan sebaliknya dihitung 1 kali perjalanan
4. Harus dilakukan di tempat sa’i

Tata Cara Ibadah Sa’i

Berikut adalah tata cara sa’i yang perlu kamu ikuti ketika melaksanakan ibadah umrah.

sa'i
hajiumrahnews.com
  1. Untuk memulai amalan sa’i, kamu harus berjalan menuju Bukit Safa terlebih dahulu. Aktivitas ini dimulai setelah kamu menunaikan tawaf.
  2. Dalam pendakian, kamu diwajibkan berzikir dan merapalkan doa sesuai tuntunan.
  3. Setibanya di atas Bukit Safa, kamu harus menghadap ke arah kiblat dan mulai berzikir serta berdoa.
  4. Setelah itu, kamu dapat melanjutkan dengan melakukan sa’i, yaitu berjalan bolak-balik sebanyak tujuh kali antara Bukit Safa dan Bukit Marwah. Bagi jemaah yang sedang sakit atau sudah berusia lanjut, diperbolehkan menggunakan skuter matik atau kursi roda.
  5. Saat berjalan bolak-balik tujuh kali, kamu harus tetap berzikir dan berdoa. Kamu juga boleh menyelingi sa’i dengan melakukan salat fardhu jika waktu salat tiba.
  6. Perjalanan dari Bukit Safa ke Bukit Marwah dihitung satu kali, sehingga perjalanan dianggap selesai ketika kamu sudah sampai di Bukit Marwah untuk ketujuh kalinya.
  7. Sepanjang perjalanan, ketika mendaki, dan saat selesai melakukan sa’i, kamu wajib terus berzikir dan memanjatkan doa.

Bacaan Sa’i

Terdapat beberapa doa yang wajib dibaca dan dihafal selama melaksanakan sa’i dari awal sampai akhir. Berikut niat dan doa yang dibaca saat sa’i ibadah haji.

sa'i
tribunnewswiki.com

1. Niat melaksanakan sa’i

أَبْدَأُ بِمَا بَعْدَ اللَّهِ بِهِ وَرَسُولُهُ. إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ. فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا. وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ

Abda ubimaa ba’da Allahu bihi Warasuulluh. Innasshafaa wa marwata min sya’aairillaah faman hajjal baita awi’tamara fallaa junaaha ‘alaihi ansyathawwa fabi himaa wamantathawwa ‘akhairan fa innallaha syaakirun ‘aliim.

Artinya: “Aku memulai apa yang sudah dimulai oleh Allah dan oleh Rasul. Sesungguhnya bukit Shafa dan bukit Marwah sebagian dari tanda kebesaran Allah.”

“Barang siapa yang pergi haji ke rumah Allah atau umrah maka tidak ada dosa bagi yang mengerjakan sa’i di antara keduanya.”

2. Doa saat mendaki bukit Shafa Marwah

اِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَاۤىِٕرِ اللّٰهِ

Innas-safa wal-marwata min sya’a’irillah.

Artinya: “Sesungguhnya Shafa dan Marwah merupakan sebagian syiar agama Allah.”

Lihat Juga :

3. Doa setelah tiba di atas bukit Shafa berbatu sambil menghadap Ka’bah

هُ اَكْبَرْ ٣× لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ، اللهُ اَكْبَرْ عَلَى مَا هَدَانَا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى مَااَوْلَانَا لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِ وَيُمِيْتُ بِيَدِهِ الْخَيْرِ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ

Allohu-akbar 3x La-ilaha ilallohu wa llahu akbar, Allahu akbar walilahil-hamd, Allohu-akbar ‘ala mahadana wal-hamdulillahi ‘ala ma aulana.

La-ilaha ilalloh wahdahu lasyarikalahu lahul-mulku walahul hamdu yuhyi wayumitu biyadihil-khoiri wahuwa ‘ala kuli syai-ingqodir.

Artinya : “Allah Maha Besar 3x, Tidak ada Tuhan kecuali Allah. Allah maha besar, segala puji bagi Allah, Allah Maha besar, atas petunjuk yang diberikan-Nya kepada kami, segala puji bagi Allah atas karunia yang telah dianugerahkan-Nya kepada kami.”

“Tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan pujian. Dialah yang menghidupkan dan yang mematikan, pada kekuasaan-Nya lah segala kebaikan dan Dia berkuasa atas segala sesuatu.”

4. Doa di antara dua pilar hijau

رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاعْفُ وَتَكَرَّمْ وَتَجَاوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ إِنَّكَ تَعْلَمُ مَالاَ نَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ اللهُ الاَعَزُ الاَكْرَمُ.

Rabbighfir warham wa’fu wa takarram, wa tajaawaz ammaa ta’lam innaka ta’lamu maa laa na’lamu, innaka antallahul-a’azzul-akram.

Artinya: “Tuhanku, ampunilah, sayangilah, maafkanlah, bermurah hatilah dan hapuskanlah apa-apa yang Engkau ketahui.”

“Sesungguh Engkau Maha Mengetahui apa-apa yang tidak kami ketahui. Sesungguhnya Engkaulah Allah Yang Maha Mulia dan Maha Pemurah”.

5. Doa ketika sampai di bukit Marwah sesudah sa’i

اللّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا وَعَافِنَا وَاعْفُ عَنَّا وَعَلَى طَاعَتِكَ وَشُكْرِكَ أَعِنَّا وَعَلَى غَيْرِكَ لاَتَكِلْنَا وَعَلَى اْلإِيْمَانِ واْلإِسْلاَمِ الَكَامِلِ جَمِيْعًا تَوَفَّنَا وَأَنْتَ رَاضٍ عَنَّا اللّهُمَّ ارْحَمْنِيْ أَنْ أَتَكَلَّفَ مَالاَ يَعْنِيْنِيْ وَارْزُقْنِيْ حُسْنَ النَّظَرِ فِيْمَا يُرْضِيْكَ عَنِّيْ يَاأَرْحَمَ الرَّا حِمِيْنَ.

Allaahumma rabbanaa taqabbal minnaa wa ‘aafinaa wa ‘fu ‘annaa wa ‘alaa tha ‘atika wa syukrika a’innaa wa ‘alaa ghairika laa takilnaa wa alal limaani wal islaamil kaamili jamilan tawaffanaa wa anta raadhin.

Allaahumma rhamnii bitarkil ma’aashii abadan maa abgaitanii wa ‘rhamnii an atakallafa laa ya’niinii wa ‘rzuqnii husnan nazhari fii maa yurdhiika ‘annil yaa Arhamar raahimiin.

Artinya: “Ya Allah, terimalah amalan kami, sehatkanlah kami, maafkanlah kesalahan kami dan tolonglah kami untuk taat dan bersyukur kepada-Mu.”

“Jangan Engkau jadikan kami bergantung selain kepada-Mu. Matikanlah kami dalam iman dan Islam secara sempurna dan Engkau rida.

“Ya Allah rahmatilah kami sehingga mampu meninggalkan segala maksiat selama hidup kami, dan rahmatilah kami sehingga tidak berbuat hal yang tidak berguna.”

“Karuniakanlah kami pandang yang baik terhadap apa-apa yang membuat-Mu rida terhadap kami, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dari segala yang pengasih.”

Bagikan :