Hi, How Can We Help You?
  • Makassar 90231, Sulawesi Selatan, Indonesia
  • Email: tazkiyahmandiri@gmail.com

Category Archives: Peristiwa

Maret 6, 2024

Kisah Abu Thalhah, sahabat Rasulullah yang dikenal akan keteguhan imannya, merupakan salah satu kisah yang mempesona dari era keemasan Islam.

Abu Thalhah, dengan dedikasi dan kesetiaannya kepada agama Islam, telah menorehkan jejak yang mendalam dalam sejarah umat Muslim.

Salah satu aspek yang menonjol dari kehidupan Thalhah adalah kecintaannya terhadap ibadah puasa.

Setiap hari, kecuali pada hari-hari tertentu yang diharamkan untuk berpuasa, Abu Thalhah dengan konsisten menjalankan ibadah puasa.

Keutamaan ini bukan hanya menunjukkan kesungguhan Thalhah dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT, tetapi juga sebagai bukti akan komitmennya terhadap agama Islam.

Selain itu, Abu Thalhah juga dikenal dengan semangatnya dalam berpartisipasi dalam jihad fi sabilillah.

Meskipun usianya sudah lanjut, semangatnya untuk berjuang demi agama Allah SWT tidak pernah pudar. Ia selalu siap mempertaruhkan segalanya dalam membela Islam dan umat Muslim.

Kisah Abu Thalhah

abu thalhah

Ketika umat Islam bersiap untuk berperang melawan musuh-musuh Islam, Abu Thalhah tidak ragu untuk ikut serta. Meskipun usianya sudah senja, semangatnya dalam berjihad tetap menyala dan menginspirasi para sahabat lainnya.

Kesediaannya untuk berkorban demi agama Allah SWT menjadi contoh yang patut diteladani oleh umat Islam di seluruh dunia.

Pada suatu ketika, ketika umat Islam bersiap untuk melakukan perang, Thalhah juga bersiap ikut serta. Namun, takdir berkata lain, saat dalam perjalanan, ia jatuh sakit dan menghembuskan nafas terakhirnya.

Meskipun meninggal di tengah medan perang, jenazahnya tidak segera dikuburkan karena sulitnya menemukan daratan yang layak di tengah lautan yang luas.

Jasad Abu Thalhah Al Anshari

Keajaiban terjadi setelah tujuh hari, meskipun jenazahnya terbuka tanpa penguburan yang layak, tubuh Thalhah tetap utuh dan tidak mengalami pembusukan.

Keutuhan jasadnya selama periode tersebut dianggap sebagai tanda dari keberkahan yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang setia.

Kisah Abu Thalhah adalah cerminan dari keberkahan yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang taat. Dedikasinya dalam ibadah dan semangatnya dalam berjuang bagi agama Islam telah menginspirasi banyak orang di seluruh dunia.

Pesan dari kisah Thalhah tidak hanya mengajarkan tentang ketekunan dalam beribadah, tetapi juga tentang keberanian dan kesediaan untuk berkorban demi agama Allah SWT.

Dengan menggali lebih dalam tentang kehidupan Abu Thalhah, umat Islam diharapkan dapat menemukan inspirasi dan motivasi untuk meningkatkan kualitas iman dan amal ibadah mereka.

Kisah-kisah seperti ini mengingatkan kita akan pentingnya memperjuangkan agama Allah dengan penuh dedikasi dan kesetiaan.Setiap detil dalam kehidupan Abu Thalhah memberikan pelajaran berharga bagi umat Islam.

Dari kecintaannya pada ibadah puasa hingga semangatnya dalam berpartisipasi dalam jihad, setiap tindakan dan sikapnya menjadi teladan yang patut diikuti.

kisah abu thalhah
Source Image: republika.id

Keutuhan jenazahnya yang tetap utuh selama tujuh hari tanpa penguburan yang layak juga menjadi bukti nyata akan keberkahan dan keistimewaan yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang setia.

Kisah Abu Thalhah tidak hanya memperlihatkan bagaimana seorang sahabat Rasulullah menjalani kehidupannya dengan penuh keimanan dan keberanian.

Tetapi juga menggambarkan betapa besar keajaiban dan keberkahan yang Allah anugerahkan kepada hamba-Nya yang taat.

Meskipun Thalhah telah meninggalkan dunia ini, warisannya yang berharga tetap hidup dalam bentuk inspirasi dan teladan bagi generasi umat Islam selanjutnya.

Hikmah Dibalik Kisah Abu Thalhah

Selain itu, kisah Thalhah juga menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya memperjuangkan agama Allah dengan sepenuh hati.

Keberanian dan keteguhan dalam menghadapi rintangan dan cobaan merupakan nilai-nilai yang sangat ditekankan dalam Islam.

Melalui kisah-kisah para sahabat, kita diajak untuk meneladani semangat mereka dalam mempertahankan dan menyebarkan ajaran Islam.

abu thalhah dan ummu sulaim
Source Image: inews.id

Dalam konteks ini, Abu Thalhah adalah contoh yang sangat nyata tentang bagaimana seorang Muslim sejati harus hidup.

Dedikasi dan kesetiaannya kepada agama Allah tidak pernah goyah, bahkan di tengah-tengah tantangan dan kesulitan yang besar, seperti yang dicontohkan oleh Abu Thalhah.

Keberanian untuk berjuang demi kebenaran dan kebenaran agama Allah membuatnya menjadi teladan yang patut diikuti oleh umat Islam di seluruh dunia.

Kisah Abu Thalhah juga mengajarkan kita tentang pentingnya mempertahankan nilai-nilai Islam di tengah-tengah pergumulan dan tantangan zaman.

Dengan mengingat dan meneladani semangat serta dedikasi Abu Thalhah, kita diharapkan dapat menjadi umat Islam yang kuat dan teguh, siap menghadapi segala cobaan dan rintangan dalam perjalanan hidup ini.

Dengan demikian, kisah Thalhah adalah bukti nyata akan keajaiban dan keberkahan yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang taat.

Keutuhannya yang tetap terjaga selama tujuh hari tanpa penguburan yang layak menjadi bukti yang mempesona akan kebesaran dan kemurahan Allah SWT.

Semoga kisah Thalhah senantiasa memberi inspirasi dan motivasi bagi umat Islam di seluruh dunia untuk hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada agama Allah SWT.

 

Maret 5, 2024

Kabah menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi oleh seluruh umat islam yang melakukan ibadah haji.

Salah satu rukun haji yang dilakukan oleh para jamaah adalah tawaf, yaitu berputar mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali putaran.

Kabah bukan hanya sekedar bangunan saja, melainkan tempat yang penting dan bersejarah bagi umat islam.

Sejarah Ka’bah Menurut Al Quran

Ka’bah diperkirakan sudah ada bahkan sebelum Nabi Adam AS turun ke bumi. Hal ini tercantum dalam Q.S Ali Imran ayat 96 – 97 yang berbunyi:

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِى بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِّلْعَٰلَمِينَ

Artinya : “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”

فِيهِ ءَايَٰتٌۢ بَيِّنَٰتٌ مَّقَامُ إِبْرَٰهِيمَ ۖ وَمَن دَخَلَهُۥ كَانَ ءَامِنًا ۗ وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ

ٱلْعَٰلَمِينَ

Artinya: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.

Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”

Awalnya, Kabah memiliki ukuran dengan tinggi 7 hasta, lebar 22 hasta, dan panjang 30 hasta. Saat itu, Ka’bah masih tidak memiliki atap.

Pembangunan Kabah berlangsung dari masa ke masa, termasuk Nabi Ibrahim AS hingga kaum Quraisy.

Kabah sempat mengalami kerusakaan saat terkena banjir bandang pada zaman Nabi Nuh AS.

Banjir tersebut membuat bagian atas Kabah hancur hingga menyisakan pondasinya saja yang disebut qaa’idah atau qawaa’id (bentuk jama’).

Kemudian, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS untuki merenovasi Kabah. Hal ini tercantum dalam Q.S Al-Baqarah ayat 127 yang berbunyi:

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Artinya: “dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar- dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan Kami terimalah daripada Kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Saat Nabi Ibrahim AS melakukan renovasi Kabah, beliau melakukan pijakan di batu pertama yang dia bawa. Kini, batu pijakan tersebut dikenal dengan makam Ibrahim AS.

Setelah Ka’bah selesai dibangun, Nabi Ismail AS dan Nabi Ismail AS pun langsung memanjatkan do’a kepada Allah SWT.

ka'bah
Source Image: konsultasi syariah

Siapa yang Pertama Kali Membangun Ka’bah

Banyak para ulama’ yang menafsirkan bahwa Kabah dibangun oleh malaikat dengan kuasa dan izin Allah SWT.

Karena, dilihat dari sejarah dan bukti pada ayat Al-Qur’an, Ka’bah sudah ada sebelum zaman Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail.

Hanya saja, Kabah dibangun kembali oleh mereka berdua karena rusak terkena banjir di zaman Nabi Nuh AS.

Ka’bah Zaman Nabi Ibrahim

Berdasarkan Q.S Al-Baqarah ayat 127, Nabi Ibrahim AS bersama dengan Nabi Ismail AS meninggikan pondasi Ka’bah. Kabah itu sendiri dibangun di satu dataran tinggi yang menonjol daripada dataran di sekitarnya.

Dataran ini menjadi tempat yang ditinggikan dan dimuliakan sejak sebelum datangnya Nabi Ibrahim AS hingga beliau membangun Kabah di sana bersama dengan Nabi Ismail AS.

Nabi Ibrahim AS dibantu dengan Nabi Isma’il kemudian membangun kembali Kabah menggunakan tumpukan batu dengan ukuran yang sedikit lebar dari awalnya.

Berikut ukuran Kabah yang dibangun Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS :

  • Tinggi Ka’bah 9 hasta dan lebar Ka’bah 32 hasta (dari rukun Aswad hingga rukun Syami)
  • Antara rukun Syami dengan rukun Gharbi menjadi 22 hasta
  • Antara rukun Gharbi dengan rukun Yamani menjadi 31 hasta
  • Antara rukun Yamani dengan rukun Aswad menjadi 20 hasta

Nabi Ibrahim AS juga membuat dua pintu Kabah dengan ukuran yang sama. Pintu tersebut terletak di dekat Hajar Aswad (dari arah timur) dan dekat rukun Yamani (dari arah barat).

Selain itu, beliau juga membuat lubang di dalam Kabah.

Raja Yang Ingin Menghancurkan Ka’bah

raja yang ingin menghancurkan ka'bah
Source Image: liputan6.com

Terdapat peristiwa besar yang terjadi pada tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW, yaitu penghancuran Ka’bah yang dipimpin oleh Raja Abrahah.

Menurut sejarah, Abdul Muthalib (pemimpin Mekah) kala itu mendapatkan kabar bahwa ada pasukan yang ingin menghancurkan Ka’bah.

Pasukan yang ingin menghancurkan Ka’bah tersebut dipimpin oleh Raja Abrahah, seorang gubernur Yaman yang datang beserta dengan pasukan gajahnya.

Pasukan tersebut berasal dari Yaman di dalam kekuasaan Abessinia (sekarang dikenal Ethiopia).

Mengapa Abrahah Ingin Menghancurkan Ka’bah

Abrahah ingin menghancurkan Ka’bah karena ia merasa iri. Dia tidak senang Ka’bah menjadi tempat yang dikunjungi oleh banyak orang dari seluruh penjuru Arabia hanya untuk berziarah atau haji.

Abrahah ingin tempat ziarah yang dikunjungi banyak orang seharusnya berada di Yaman, bukan di Mekah.

Bahkan mereka membangun gereja megah bernama al-Qalis yang dibangun di Sana’a dengan tujuannya agar gereja tersebut bisa menyaingi Mekah.

Meski begitu, semua orang tetap memilih datang ke Ka’bah dibandingkan ke gereja yang telah mereka buat. Itulah alasan mengapa Abrahah berusaha menghancurkan Ka’bah.

Kisah Ka’bah Diserang Pasukan Gajah

kisah ka'bah diserang pasukan gajah
Source Image: sindonews.com

Abrahah yang saat itu ingin menyerang Kabah mengutus Hunathah al-Himyari menemui Abdul Muthalib (selaku pemimpin Mekah) untuk menyampaikan tujuannya merobohkan Kabah, bukan untuk perang.

Abdul Muthalib yang saat itu menyadari bahwa pasukan tentara Abrahah sangat kuat hanya bisa pasrah. Ia kemudian menemui Abrahah dan hanya meminta agar unta-unta yang telah dirampas Abrahah agar dikembalikan.

Abrahah pun mengabulkan permintaan Abdul Muthalib. Ia pun memberi tahu seluruh kaum Quraisy tentang tujuannya menghancurkan Ka’bah dan menyuruh mereka untuk mengungsi di puncak dan lereng gunung.

Di pengungsian tersebut, semua orang berdo’a kepada Allah untuk menurunkan bantuannya dalam mengalahkan pasukan Abrahah.

Saat itu, Abdul Muthalib memegang rantai pintu Kabah sambil mengucap “Bukan mereka, sesungguhnya ada hamba yang mencegah untanya, maka cegahlah tanah suci-Mu. Salib dan tipu daya mereka tidak dapat mengalahkan tipu daya-Mu esok. Jika Engkau hendak membiarkan mereka dan kiblat kami, perintahkanlah yang semestinya Engkau perintahkan.

Kemudian, Abdul Muthalib memegang mata rantai pintu Ka’bah dan melepasnya. Ia pun pergi menyusul kaum Quraisy lainnya untuk berlindung ke puncak gunung.

Saat Abrahah dan pasukannya tiba di Kabah, tiba-tiba muncul keajaiban, pasukan gajah tersebut berhenti dan tidak mau berjalan meski dipaksa.

Sebaliknya, saat pasukan gajah tersebut diminta kembali ke Yaman justru langsung berlari-lari kecil.

Selain itu, keajaiban berikutnya ialah Allah SWT mengutus rombongan burung yang bernama Burung Ababil untuk menghancurkan pasukan gajah Abrahah.

Burung tersebut datang dari arah laut dengan membawa tiga buah batu kecil yang diletakkan di kaki dan paruhnya.

Burung-burung tersebut langsung melempari pasukan Abrahah menggunakan batu kecil dan seluruh pasukan Abrahah langsung binasa.

Peristiwa hancurnya pasukan gajah Abrahah oleh Burung Ababil ini diabadikan dalam Q.S Al-Fil.

Peristiwa ini juga terjadi pada tahun 571 Masehi, tepat di tahun Nabi Muhammad SAW lahir. Seperti diketahui, Nabi Muhammad SAW lahir di Kota Mekah pada hari Senin, 12 Rabiul Awal di tahun Gajah.

Ka’bah menjadi tempat yang penuh sejarah bagi umat islam.

Dengan memahami sejarah Kabah, Anda bisa mengetahui bagaimana kuasa Allah SWT bisa melindungi tempat ini hingga dijadikan sebagai tempat suci bagi seluruh umat islam.

3 Keajaiban Ka’bah

Tempat sakral ini menyimpan banyak keajaiban yang menginspirasi umat Islam di seluruh dunia sebagai berikut:

  1. Pusat Bumi: Dipercaya sebagai pusat gravitasi bumi yang menghubungkan spiritualitas umat Islam di seluruh dunia.
  2. Kiblat Umat Islam: Menjadi arah shalat bagi jutaan Muslim, menyimbolkan persatuan dan keharmonisan dalam ibadah.
  3. Sejarah Abadi: Dengan berbagai ujian yang terjadi ditempat ini, namun tetap kokoh sebagai simbol perlindungan Allah dan keajaiban dalam Islam.

Penutup

Demikianlah kisah menakjubkan dari salah satu tempat bersejarah dalam islam yaitu ka’bah, jika Anda ingin berkunjung kesana bisa menggunakan travel haji dan umroh tazkiyah tour yang sudah terdaftar dan terjamin di kemenag.

Februari 26, 2024

Abdullah bin Mubarak adalah seorang ulama yang sangat dihormati dalam ilmu fiqih dan hadits, telah meninggalkan jejak inspiratif melalui kisah haji yang luar biasa.

Kisahnya tidak hanya menjadi bahan refleksi bagi umat Islam, tetapi juga menawarkan wawasan mendalam tentang kebaikan, kepedulian, dan penerimaan akan rencana Allah SWT. Dalam artikel ini, mari kita telusuri lebih lanjut kisah inspiratif Abdullah bin Mubarak.

Biografi Abdullah bin Mubarak

Abdullah bin Mubarak, seorang ulama terkemuka pada masanya, dilahirkan di Merv, sebuah kota di wilayah Khorasan (kini bagian dari Uzbekistan) pada tahun 118 H (736 M).

Dia dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam tradisi Islam Sunni, khususnya dalam bidang ilmu hadits dan fiqih. Abdullah bin Mubarak tumbuh menjadi figur ulama yang dihormati karena pengetahuannya yang luas dan karakternya yang rendah hati.

Sebagai seorang ulama yang sangat dihormati, kehidupan dan ajaran Abdullah bin Mubarak memiliki daya tarik yang kuat untuk diteliti lebih lanjut. Lahir di tengah zaman keemasan Islam, dia tumbuh menjadi tokoh intelektual dan spiritual yang berpengaruh.

Abdullah bin Mubarak dikenal karena dedikasinya terhadap ilmu pengetahuan dan kebenaran. Dia sering melakukan perjalanan jauh untuk menuntut ilmu dari para ulama terkemuka pada zamannya. Kecintaannya pada hadits dan fiqih membuatnya menjadi otoritas dalam bidang tersebut.

Selain itu, Abdullah bin Mubarak juga dikenal karena kemurahan hatinya. Kisah perjalanan hajinya yang menginspirasi adalah contoh nyata dari kebaikan dan kepeduliannya terhadap sesama manusia.

Meskipun gagal melaksanakan ibadah haji, Allah SWT menghormatinya dengan cara yang menakjubkan.

Kisah Haji Abdullah bin Mubarak

Kisah yang paling sering diceritakan tentang Abdullah bin Mubarak adalah pengalamannya selama perjalanan haji. Pada suatu hari, dengan niat suci untuk melaksanakan ibadah haji, Abdullah bin Mubarak memulai perjalanannya.

abdullah bin mubarak

Namun, di tengah perjalanan, di kota Kufah, Allah SWT memberinya pengalaman yang luar biasa.

Di bawah cahaya matahari yang hangat, Abdullah melihat seorang perempuan sederhana tengah mencabuti bulu itik. Dengan rasa ingin tahu dan kepedulian yang tulus, dia mendekatinya dan bertanya tentang aktivitasnya.

Ketika perempuan itu menjawab bahwa bulu itu adalah bagian dari bangkai yang dimakan keluarganya, Abdullah dengan lembut mengingatkannya bahwa itu adalah tindakan yang haram dalam Islam.

Meskipun perempuan itu awalnya menolak untuk mendengarkan, Abdullah tidak menyerah. Dia terus memberikan nasihat dan memberikan bantuan kepada perempuan tersebut dan anaknya yang kekurangan. Dari situ, terungkap bahwa mereka telah kelaparan selama tiga hari.

Abdullah bin Mubarak adalah contoh nyata dari kemurahan hati dan kesabaran. Meskipun gagal melaksanakan ibadah haji karena kehadirannya di kota Kufah, Allah SWT memberinya penghormatan yang tak terduga.

Ketika dia kembali ke kampung halamannya, dia dikejutkan oleh kesaksian kerabat dan tetangganya yang menyatakan bahwa mereka bertemu dengannya selama perjalanan haji mereka.

Namun, kejutan sebenarnya datang dalam mimpi yang dialaminya. Dalam mimpinya, Abdullah bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, yang menjelaskan bahwa Allah telah mengutus malaikat yang menyerupai Abdullah untuk melaksanakan ibadah haji sebagai gantinya.

Allah SWT menghargai tindakan, kebaikan dan kepedulian yang diperlihatkan Abdullah kepada sesama hamba-Nya.

Kisah Abdullah bin Mubarak menyiratkan pelajaran yang mendalam bagi kita semua. Dia mengajarkan bahwa ibadah tidak hanya terbatas pada ritual, tetapi juga melibatkan kebaikan, kepedulian, dan keteladanan dalam tindakan sehari-hari.

Dengan demikian, kisah Abdullah bin Mubarak bukan hanya tentang perjalanan fisik ke tanah suci, tetapi juga tentang perjalanan spiritual yang membawanya lebih dekat kepada pemahaman yang lebih dalam tentang kemurahan hati Allah SWT dan keadilan-Nya.

Penutup Kisah Abdullah bin Mubarak

Abdullah bin Mubarak adalah salah satu tokoh terkemuka dalam sejarah Islam yang meninggalkan jejak yang tak terlupakan. Melalui kisah hidupnya, kita belajar tentang pentingnya kebaikan, kesabaran, dan kemurahan hati dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Perjalanan hajinya yang penuh dengan peristiwa ajaib mengajarkan kita tentang reaksi Allah yang tak terduga terhadap tindakan-tindakan baik yang kita lakukan.

kisah abdullah bin mubarak gagal haji

Sebagai seorang ulama, ilmu pengetahuan yang ditinggalkan oleh Abdullah Mubarak tetap menjadi sumber inspirasi bagi para pencari ilmu hingga saat ini.

Karya-karyanya dalam bidang hadits dan fiqih tidak hanya menjadi pedoman bagi ulama dan cendekiawan, tetapi juga bagi umat Islam secara umum.

Selain itu, sikap rendah hati dan kesederhanaan Abdullah Mubarak memberi kita contoh tentang bagaimana seorang Muslim sejati seharusnya bersikap.

Kemurahan hatinya yang tak terbatas dan kepeduliannya terhadap sesama manusia memberi kita pelajaran berharga tentang pentingnya belas kasihan dan empati dalam membangun masyarakat yang harmonis dan beradab.

Dengan mempelajari kisah hidup Abdullah Mubarak, kita diingatkan akan nilai-nilai Islam yang mulia dan prinsip-prinsip moral yang menjadi landasan kehidupan yang suci.

Semoga kisah dan pengajaran dari ulama besar ini terus menginspirasi dan membimbing kita dalam menghadapi tantangan dan ujian kehidupan, serta mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan penuh keikhlasan dan kecintaan.

 

 

Februari 16, 2024

Melempar Jumrah menjadi salah satu hal yang wajib dilakukan saat melakukan ibadah haji di tanah suci Makkah. Kegiatan ini dilakukan dengan cara melempar batu kerikil saat berada di Mina. Lempar jumrah dilakukan tidak hanya sebagai simbolis saja, melainkan meniru contoh dari Nabi Ibrahim AS.

Dalam artikel ini, kita akan membahas mengenai sejarah melempar jumrah, tempat melempar jumrah, tata cara melempar jumrah, serta bacaaan dan doa melempar jumrah. Hal ini penting diketahui oleh umat muslim, terutama bagi calon jamaah haji yang akan berangkat.

Sejarah Melempar Jumrah

Sejarah melempar jumrah meneladani dari sikap Nabi Ibrahim di masa lampau. Dikisahkan, Nabi Ibrahim AS mendapatkan mimpi (wahyu) dari Allah untuk menyembelih anaknya, Nabi Ismail AS.

Nabi Ismail AS yang meyakini bahwa mimpi tersebut adalah perintah Allah SWT lantas menyuruh Nabi Ibrahim AS untuk segera melaksanakannya.

Namun, Nabi Ibrahim AS terus mendapatkan godaan dari iblis untuk tidak melaksanakan perintah Allah, yaitu untuk menyembelih nabi Ismail AS.

Berdasarkan Imam al-Qurtubi menyebut sebuah riwayat dari Ibnu Abbas, mengatakan bahwa iblis menghalang – halangi Nabi Ibrahim AS di al-Jamarat sebanyak 3 kali.

Setiap kali iblis menggodanya, Nabi Ibrahim akan melemparinya dengan batu. Begitupun seterusnya hingga Nabi Ibrahim AS tiba di Jumrah akhir. Peristiwa Nabi Ibrahim AS melempari batu ke iblis inilah yang kemudian disebut lempar jumrah.

Tidak berhenti disitu, iblis pun mendatangi Siti Hajar (istri Nabi Ibrahim AS) dan menyuruhnya untuk menghalangi Nabi Ibrahim AS. Namun, Siti Hajar tidak tergoda oleh bujuk rayu iblis dan melemparinya menggunakan batu.

Setelah gagal menggoda Nabi Ibrahim AS dan istrinya, iblis pun ganti mendatangi Nabi Ismail AS untuk melanjutkan niat jahatnya. Iblis yang menganggap Nabi Ismail AS masih belum kuat imannya merasa ia akan tergoda.

Justru sebaliknya, Nabi Ismail ternyata memiliki pendirian yang teguh bahwa perintah untuk menyembelihnya datang langsung dari Allah SWT.

Kemudian, Nabi Ismail AS pun melakukan hal yang sama dengan ayah dan ibunya, yaitu melempari iblis dengan batu.

Tempat Melempar Jumrah

Tempat melempar jumrah dilakukan di Jamarat, Mina yang terletak di sebelah timur Kota Mekah. Di lokasi tersebut, jamaah melakukan lempar jumrah di 3 pilar besar, yaitu Ula, Wustha, dan Aqabah.

tempat melempar jumrah

Masing – masing pilar tersebut memiliki jarak sekitar 200 – 250 meter. Lempar jumrah dilakukan di ketiga pilar tersebut sebagai penanda bahwa disitulah iblis muncul.

Ketiga pilar tersebut memiliki maknanya sendiri. Pilar pertama atau pilar yang paling besar menunjukkan godaan iblis kepada Nabi Ibrahim AS agar tida menyembelih Ismail dan ingkar kepada perintah Allah SWT.

Pilar kedua menggambarkan godaan iblis kepada Siti Hajar yang mencoba menghentikan Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putranya.

Sedangkan pilar ketiga menggambarkan godaan iblis kepada Nabi Ismail AS untuk menolak permintaan ayahnya agar tidak mau disembelih.

Tata Cara Melempar Jumrah

Berikut tata cara melempar jumrah saat haji.

  1. Melempar jumrah menggunakan batu kecil yang berukuran kurang lebih seruas jari kelingking.
  2. Melempar kerikil dan mengenai marma (tempat melempar jumrah) hingga masuk ke dalam lubang.
  3. Melempar kerikil satu per satu, jangan tujuh kerikil sekaligus.
  4. Melempar jumrah menggunakan tangan kanan.
  5. Membaca takbir setiap kali melemparkan kerikil.
  6. Urutan melempar jumrah harus benar, dimulai dari jumrah Ula, jumrah Wustha, hingga jumrah Aqabah.

Melempar jumrah dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah diatur oleh pemerintah Arab Saudi. Biasanya sesuai dengan negara asal jamaah. Sehingga, jamaah harus mengikuti peraturan yang berlaku.

Menurut buku Sejarah Ka’bah dari Prof. Dr. Ali Husni Al-Kharbuthli, melempar jumrah dilakukan dari jumrah Ula yang berjarak paling jauh dari Mekah, kemudian lempar jumrah Wustha, dan yang terakhir lempar jumrah Aqabah.

Jamaah juga dianjurkan untuk berhenti sejenak dan berdo’a setelah melakukan lempar jumrah Ula dan jumrah Wustha. Saat itu adalah waktu yang mustajab, sehingga orang yang bersungguh – sungguh berdo’a mencari ridho Allah akan diijabah setiap doanya.

Urutan Melempar Jumrah

Lempar jumrah dilakukan selama 4 hari, dimulai dari tanggal 10 – 13 Dzulhijjah. Hal ini berdasarkan pada Panduan Pintar Haji & Umrah karya Ust. H. Bobby Herwibowo & Hj. Indiya R. Dani.

Menurut pendapat ulama, hukum melontar jumrah pada tanggal 10 Dzulhijjah (hari Nahr) dan pada 3 hari tasyriq adalah wajib. Bagi yang tidak melakukan lempar jumrah, maka wajib membayar dam (denda).

Berikut urutan melempar jumrah.

  1. Tanggal 10 Dzulhijjah

Pada tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah melakukan lempar jumrah yang pertama yaitu jumrah Aqabah. Waktu jumrah Aqabah dimulai sejak terbitnya matahari hingga terbitnya fajar keesokan harinya (11 Dzulhijjah). Jamaah melemparkan satu per satu kerikil dengan jumlah kerikil sebanyak 7 buah.

  1. Hari Tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijjah)

Pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah (hari Tasyrik), jamaah melakukan 3 kali lempar jumrah yang dimulai dari Jumrah Ula, Jumrah Wustha, dan Jumrah Aqabah. Waktu melempar jumrah di hari Tasyrik dimulai setelah tergelincirnya matahari hingga matahari hingga terbitnya fajar. Jamaah melemparkan satu per satu kerikil dengan jumlah kerikil sebanyak 7 buah.

Berapa Kali Melempar Jumrah

Lempar jumrah dilakukan 4 hari, yaitu jumrah Aqabah pada 10 Dzulhijjah, dan tiga jumrah lainnya (Ula, Wustha, dan Aqabah) pada hari Tasyrik. Setiap kali lempar jumrah, jamaah melakukan 7 kali melempar batu (dilakukan satu per satu, tidak 7 batu sekaligus).

berapa kali melempar jumrah

Jumrah pertama yang dilakukan adalah jumrah Aqabah, yaitu dengan melemparkan 7 batu kerikil ke pilar yang dilontarkan satu per satu.

Jumrah kedua dilakukan pada 11 Dzulhijjah. Pada lempar jumrah kedua ini, jamaah melemparkan batu kerikil di 3 pilar jumrah Ula, jumrah Wustha, dan jumrah Aqabah. Pada setiap pilar, jamaah melempar 7 buah kerikil yang dilemoat satu per satu.

Jumrah ketiga dan keempat dilakukan pada 12 dan 13 Dzulhijjah. Untuk proses lempar jumrah ketiga dan keempat sama dengan lempar jumrah kedua, yaitu jumrah Ula, jumrah Wustha, dan jumrah Aqabah.

Bacaan Melempar Jumrah

Saat melempar jumrah, jamaah haji membaca bacaan doa lempar jumrah. Berikut do’a lempar jumrah menurut Imam Ghazali :

بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ رَجْمًا لِلشَّيَاطِينِ وَرِضًا لِلَّرْحْمَنِ اللَّهُمَّ اجْعَلْ حَجًّا مَبْرُورًا وَسَعْياً مَشْكُورًا

Latin : Bismillaahi wallahu akbar, rajman lisysyayaathiini wa ridhan lirrahmaani allhummaj’al hajjan mabruuran wa sa’yan masykuuran.

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah, Allah Maha Besar. Laknat bagi setan dan keridhaan bagi Allah yang Maha Kasih. Ya Allah, jadikanlah hajiku ini diterima dan sa’iku ini disyukuri.”

Doa ini dibaca setiap kali jamaah melempar jumrah baik jumrah Ula, Wustha, dan ‘Aqabah.

Doa Setelah Melempar Jumrah

Setelah selesai melempar jumrah, jamaah haji dapat membaca doa berikut:

اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ حَبًّا مَبْرُورًا وَذَنْبًا مَغْفُورًا

Latin: Allahummaj’alhu hajjan mabruuron wa dzanban maghfuuron

Artinya: “Ya Allah jadikanlah (melempar jumrah ini) sebagai sarana untuk meraih haji mabrur dan dosa yang terampuni.” (HR Ahmad).

Setelah menyelesaikan ketiga jumrah, Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyarankan untuk para jamaah dapat membaca doa berikut.

الْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ. اللَّهُمَّ إِلَيْكَ أَفَضْتَ وَمِنْ عَذَابِكَ أَشْفَقْتُ َوإِلَيْكَ رَغِبْتُ وَمِنْكَ رَهِبْتَ فَاقْبِلْ نُسُكِي وَأَعْظِمْ أَجْرِي وَارْحِمْ تَضَرُّعِي وَاقْبَلْ تَوْبَتِي وَأِقلَّ عَثَرَتِي وَاسْتَجِبْ تَوْبَتِي وَأَعْطِنِي سُؤْلِى. اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُورًا وَسَعْيًا مَشْكُورًا

Alhamdu lillaahi hamdan kastiiran thayyiban mubaarakan fiih. Allahumma laa uhshii tsanaa’an ‘alaika arta kamaa atsnaita ‘alaa nafsika. Allahumma ilaika afadhtu wa min ‘adzaabika asyfaqtu wa aqilla ‘atsaratii wastajib da’watii wa a’thinii su’lii. Allahummaj’alhu hajjan mabruuran wa sa’yan masykuuran

Artinya: “Segala puji bagi Allah, pujian yang banyak lagi baik dan membawa berkah di dalamnya. Ya Allah, sekali-kali kami tidak mampu mencakup segala macam pujian untuk-Mu, sesuai pujian-Mu atas diri-Mu. Ya Allah, hanya kepada-Mu aku berserah, dari siksa-Mu aku memohon belas kasihan, dan kepada-Mu aku berharap dan aku takut, terimalah ibadah ku, perbesarlah pahala ku, kasihanilah kerendahan hatiku, terimalah taubat ku, perkecil lah kekeliruanku, perkenankan lah permohonanku dan berikanlah permintaanku. Ya Allah, kabulkanlah, terimalah persembahan kami ini dan janganlah kami dijadikan orang-orang yang berdosa, tetapi masukkan lah kami dalam hamba-Mu yang saleh. wahai Tuhan Yang Paling Pengasih. Ya Allah, Tuhanku, jadikanlah haji ku ini haji yang mabrur dan sa’i ku ini sebagai sa’i yang diterima.

melempar jumrah

Melempar Jumrah menjadi salah satu hal yang wajib dilakukan saat ibadah haji. Lempar jumrah mengingatkan jamaah akan perjuangan Nabi Ibrahim AS dalam mentaati perintah Allah SWT.

Dengan memahami sejarah, tata cara, dan makna dari lempar jumrah, jamaah diharapkan dapat menjalankan setiap prosesnya dengan penuh khidmat dan kesadaran dalam mencari ridha Allah SWT.

Februari 13, 2024

Haji wada menjadi salah satu momen bersejarah dalam agama islam. Dalam Haji wada, Rasulullah melakukan haji bersama puluhan ribu umat muslim lainnya.

Banyak pesan serta hikmah yang didapat dari Haji Wada. Oleh sebab itu, penting bagi umat islam mengetahui tentang haji wada.

Apa itu Haji Wada dan bagaimana sejarahnya? Simak penjelasannya di bawah ini.

Apa Itu Haji Wada?

Haji Wada 10 hijriah merupakan proses menunaikan haji yang dilakukan oleh Rasulullah SAW untuk pertama sekaligus yang terakhir kali.

Pada momen ini, Rasulullah SAW meminta seluruh kaum muslim dari berbagai daerah untuk menunaikan ibadah haji bersamanya.

Pada saat itu, Allah SWT telah memperlihatkan hasil dakwah Rasulullah SAW. Hampir seluruh orang – orang di wilayah Arab telah memeluk agama islam.

Mengapa Dinamakan dengan Haji Wada?

Disebut dengan Haji Wada karena di dalam bahasa arab, kata Wada berarti perpisahan. Pada momen ini, Rasulullah menyampaikan khotbah serta melakukan haji untuk yang terakhir kalinya.

Hal ini juga menjadi momen duka karena pertanda bahwa usia Rasulullah SAW tidak akan lama lagi. Peristiwa perpisahan Rasulullah dengan umatnya inilah yang akhirnya disebut dengan Haji Wada.

Peristiwa ini menjadi momen yang penting bagi umat islam. Banyak masyarakat Arab yang antusias untuk masuk ke agama islam.

Hal ini menjadi pertanda bahwa dakwah Rasulullah telah diterima dan menyebar ke berbagai lapisan masyarakat.

Kisah Haji Wada

haji wada

Kisah haji wada’ ditulis dalam catatan sejarah dengan sangat lengkap, mulai dari persiapan Rasulullah untuk berangkat, melakukan haji, hingga kembali ke Madinah.

Pada akhir tahun 10 Hijriah, terlihat beberapa tanda yang menunjukkan bahwa ajal Rasulullah sudah semakin dekat.

Tanda – tanda tersebut antara lain ditaklukannya Kota Mekkah, datangnya utusan negara non muslim ke Madinah untuk masuk islam, serta bergabungnya tokoh – tokoh Bani Tsaqif di Thaif untuk masuk islam.

Sebelumnya pada bulan Ramadhan, Rasulullah melakukan i’tikaf selama 20 hari yang biasanya beliau hanya lakukan selama 10 hari. Pada saat itu, beliau fokus beribadah kepada Allah dan mengurangi interaksi dengan para sahabat sebelum meninggal.

Hal ini sejalan dengan riwayat imam an-Nasa-i dalam kitab Tafsirnya, Ibnu Abbas mengatakan: “Ketika diturunkan, ia (surat an-Nashr) mengabarkan wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka beliau lebih meningkatkan ketekunan dalam urusan akhirat” (Tafsir an-Nasa-i).

Begitupun saat bulan Ramadhan di tahun tersebut. Malaikat Jibril biasanya menyimak bacaan Al-Qur’an Rasulullah 1 kali khatam. Namun pada saat itu, Jibril menyimak bacaan 2 kali khatam dari Rasulullah SAW.

Kemudian Rasulullah berpesan kepada Muadz bin Jabal dengan bersabda :

يَا مُعَاذُ، إِنَّكَ عَسَى أَنْ لا تَلْقَانِي بَعْدَ عَامِي هَذَا، أَوْ لَعَلَّكَ أَنْ تَمُرَّ بِمَسْجِدِي هَذَا أَوْ قَبْرِي

Wahai Muadz sesungguhnya engkau mungkin tidak bertemu aku lagi setelah tahun ini, dan mungkin saja engkau akan melewati masjidku ini dan kuburanku ini.” Kemudian Mu’adz pun menangis karena takut berpisah dengan Rasulullah SAW (HR. Ahmad).

Pada saat itulah Rasulullah pun mempersiapkan diri berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji yang pertama dan yang terakhir kalinya. Peristiwa inilah yang disebut Haji Wada.

Rasulullah menyerukan seluruh umat muslim untuk menunaikan ibadah haji bersamanya. Berdasarkan laporan Syekh Mushtafa as-Siba’i dalam As-Sîrah an-Nabawiyah Durus wa ‘Ibar. Ada 114.000 muslim dari Arab yang ikut menunaikan ibadah haji.

Sedangkan Safyurrahman al-Mubarakfuri dalam Ar-Raḫîqul Makhtûm melaporkan ada 124.000 atau 140.000 orang jamaah haji yang datang.

Banyaknya jumlah haji tersebut menggambarkan pencapaian dakwah Rasulullah SAW selama 23 tahun yang sangat luar biasa. Pada saat itu, banyak masyarakat yang berbondong – bondong masuk agama islam.

Padahal sebelumnya, masyarakat kebanyakan menganut ajaran nenek moyang mereka yang menyimpang dengan ajaran kebenaran dari Allah dan rasulnya.

Peristiwa Haji Wada

Saat bulan Dzul Qa’dah tersisa 4 hari lagi, Rasulullah SAW berangkat dari Madinah ke Mekah setelah sholat zuhur. Kemudian beliau sampai di Dzil Hulaifah dan menunaikan sholat ashar disana dengan qashar. Setelah itu, beliau memakai pakaian ihram.

Rasulullah pun melanjutkan perjalanan selama 8 hari hingga akhirnya tiba di Mekah. Kemudian, beliau melakukan thawaf di Ka’bah dan Sa’i di Shafa dan Marwa.

Setelah itu tepatnya pada tanggal 8 Dzulhijjah, Rasulullah SAW berangkat ke Mina. Beliau melakukan sholat dzuhur, ashar, maghrib, isya dan dilanjutkan bermalam di Mina hingga sholat subuh.

Setelah matahari terbit, Rasulullah berangkat ke Arafah dan menyampaikan khotbah disana.

Setelah berkhotbah, beliau mencukur rambutnya dan berangkat ke Mekkah untuk melakukan Thawaf Ifadhah dan sholat dzuhur. Beliau minum air zam – zam di sana sebelum kembali ke Mina dan bermalam di Mina.

Pada tanggal 11 Dzulhijjah, Nabi Muhammad menuju ke Jamarat untuk melempar jumrah. Disana, Rasulullah kembali berkhotbah tentang semua orang memiliki hak yang sama baik orang arab, non arab, kulit putih, ataupun kulit hitam.

Beliau juga berkhotbah mengenai dilarangnya melakukan pertumpahan darah serta mengganggu harta orang lain.

Setelah itu, Nabi Muhammad menetap di Mina pada hari ketiga tasyrik. Kemudian, beliau melaksanakan thawaf wada dan langsung berangkat ke Madinah. Disinilah proses haji yang dilakukan Rasulullah berakhir.

Khutbah Haji Wada

Dalam Haji Wada, Nabi Muhammad sempat menyampaikan beberapa khotbah. Berikut beberapa khutbah Haji Wada oleh Nabi Muhammad SAW.

haji wada dan wafatnya rasulullah

Nabi Muhammad sempat menyampaikan khotbah tentang kesetaraan umat manusia. Berdasarkan riwayat Imam Ahmad dari Abi Nadhrah, Rasulullah bersabda :

يَا أَيُّهَا النَّاُس، إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ، وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلاَ لاَ فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ، وَلاَ لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ، وَلاَ لأَحْمَرَ عَلىَ أَسْوَدَ، وَلاَ أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلاَّ بِالتَّقْوَى

Ingatlah bahwa Rabb kalian itu satu, dan bapak kalian juga satu. Dan ingatlah, tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang ajam (non-Arab), tidak pula orang ajam atas orang Arab, tidak pula orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, dan tidak pula orang berkulit hitam di atas orang berkulit merah; kecuali atas dasar ketakwaan.”

Setelah itu, Rasulullah pun mengingatkan agar umatnya tidak kembali kufur setelah beliau wafat Beliau juga meminta agar pesan Rasulullah juga disampaikan kepada orang yang tidak datang. Nabi Muhammad SAW bersabda :

فَلْيُبِلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ، فَرُبَّ مُبَلَّغٍ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ، فَلا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ

Maka, hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, karena terkadang yang disampaikan lebih mengerti dari yang mendengar langsung. Janganlah kalian kembali kufur sepeninggalanku, sebagian kalian saling membunuh sebagian lainnya.”

Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga menyuruh manusia untuk memuliakan perempuan dan tidak menyakitinya, termasuk istrinya.

Seperti yang diriwayatkan Ibnu Hisyam dalam kitab Nabawi, Nabi Muhammad menyampaikan bahwa seorang istri memiliki hak nafkah dan batin dari seorang suami.

Laki – laki harus berlaku lemah lembut kepada wanita. Jangan pernah memukul serta melukainya.

Haji Wada dan Wafatnya Rasulullah

Setelah bermalam di Mina, Rasulullah berangkat ke Arafah pada esok paginya. Setelah matahari bergeser dan condong ke barat, Rasulullah mulai khotbah. Di akhir khutbahnya, Rasulullah SAW bersabda :

وَأَنْتُمْ تُسْأَلُونَ عَنِّى فَمَا أَنْتُمْ قَائِلُونَ؟ قَالُوا نَشْهَدُ أَنَّكَ قَدْ بَلَّغْتَ وَأَدَّيْتَ وَنَصَحْتَ. فَقَالَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ يَرْفَعُهَا إِلَى السَّمَاءِ وَيَنْكُتُهَا إِلَى النَّاسِ « اللَّهُمَّ اشْهَدِ اللَّهُمَّ اشْهَدْ ». ثَلاَثَ مَرَّاتٍ

Kalian akan ditanya tentangku, apakah yang akan kalian katakan? Jawab parahabat: Kami bersaksi bahwa sesungguhnya engkau telah menyampaikan (risalah), telah menunaikan (amanah) dan telah menasehati. Maka ia berkata dengan mengangkat jari telunjuk ke arah langit, lalu ia balikkan ke manusia: Ya Allah saksikanlah, Ya Allah saksikanlah, sebanyak 3x” (HR. Muslim).

Setelah khutbah Rasulullah SAW selesai, Allah menurunkan ayat QS Al – Maidah ayat 3 :

اليَومَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا

“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS. Al-Maidah: 3).

Setelah ayat tersebut turun, Umar bin Khatab pun menangis. Ia merasakan bahwa ajal Rasulullah sudah semakin dekat.

Turunnya ayat tersebut menjelaskan bahwa ajaran Rasulullah telah tuntas dan sempurna. Dengan demikian, dakwah Rasulullah telah selesai sebelum beliau akhirnya tutup usia.

Kota Mekah menjadi saksi bahwa tempat ini merupakan tempat suci umat islam.. Disanalah syariat islam dimulai dan disana pula agama islam disempurnakan.

Tiga bulan setelah melakukan haji wada, Rasulullah tutup usia. Nabi Muhammad meninggal di usianya yang ke 63 tahun lebih empat hari, tepatnya hari Senin, 12 Rabiul Awal 11 H.

haji wada terjadi tanggal berapa

Hikmah Haji Wada

Haji Wada mengandung hikmah tersendiri terutama bagi umat muslim. Berikut beberapa hikmah haji wada.

  1. Pertama, haji wada menjadi saksi keberhasilan Nabi Muhammad dalam menyampaikan risalahnya selama 23 tahun berdakwah. Hal ini menunjukkan bahwa ajaran islam diakui kebenarannya oleh banyak orang.
  2. Kedua, Rasulullah SAW menjadi sosok yang memberikan ajaran dengan mencontohkannya secara langsung. Hal ini membuktikan bahwa Rasulullah merupakan sosok pendidik yang baik.
  3. Ketiga, haji wada menjadi momen sempurnanya islam. Rasulullah telah menyampaikan risalahnya dengan lengkap dan dapat dibuktikan kebenarannya dalam Al-Quran dan Hadits.

Penutup

Haji Wada memiliki makna yang mendalam bagi umat Islam. Selain menandai akhir dari dakwah rasulullah, haji wada juga menjadi momen sempurnanya umat islam.

Banyak pesan – pesan yang disampaikan Rasulullah dalam khutbah haji wada, dimana pesan tersebut mampu membimbing seluruh umat ke jalan yang benar.

Oleh karena itu ibadah haji merupakan kewajiban yang sangat ditekankan dalam islam bahkan diwajibkan bagi mereka yang sudah mampu.

Untuk Anda yang ingin melaksanakan ibadah haji bisa menggunakan travel haji khusus tazkiyah tour yang sudah berizin dari kemenag dan berpengalaman selama 23 tahun, pesan sekarang dan nikmati ibadah haji yang nyaman dan terjamin.