Haji wada menjadi salah satu momen bersejarah dalam agama islam. Dalam Haji wada, Rasulullah melakukan haji bersama puluhan ribu umat muslim lainnya.
Banyak pesan serta hikmah yang didapat dari Haji Wada. Oleh sebab itu, penting bagi umat islam mengetahui tentang haji wada.
Apa itu Haji Wada dan bagaimana sejarahnya? Simak penjelasannya di bawah ini.
Apa Itu Haji Wada?
Haji Wada merupakan proses menunaikan haji yang dilakukan oleh Rasulullah SAW untuk pertama sekaligus yang terakhir kali.
Pada momen ini, Rasulullah SAW meminta seluruh kaum muslim dari berbagai daerah untuk menunaikan ibadah haji bersamanya.
Pada saat itu, Allah SWT telah memperlihatkan hasil dakwah Rasulullah SAW. Hampir seluruh orang – orang di wilayah Arab telah memeluk agama islam.
Mengapa Dinamakan dengan Haji Wada?
Disebut dengan Haji Wada karena di dalam bahasa arab, kata Wada berarti perpisahan. Pada momen ini, Rasulullah menyampaikan khotbah serta melakukan haji untuk yang terakhir kalinya.
Hal ini juga menjadi momen duka karena pertanda bahwa usia Rasulullah SAW tidak akan lama lagi. Peristiwa perpisahan Rasulullah dengan umatnya inilah yang akhirnya disebut dengan Haji Wada.
Peristiwa ini menjadi momen yang penting bagi umat islam. Banyak masyarakat Arab yang antusias untuk masuk ke agama islam.
Hal ini menjadi pertanda bahwa dakwah Rasulullah telah diterima dan menyebar ke berbagai lapisan masyarakat.
Kisah Haji Wada
Kisah haji wada’ ditulis dalam catatan sejarah dengan sangat lengkap, mulai dari persiapan Rasulullah untuk berangkat, melakukan haji, hingga kembali ke Madinah.
Pada akhir tahun 10 Hijriah, terlihat beberapa tanda yang menunjukkan bahwa ajal Rasulullah sudah semakin dekat.
Tanda – tanda tersebut antara lain ditaklukannya Kota Mekkah, datangnya utusan negara non muslim ke Madinah untuk masuk islam, serta bergabungnya tokoh – tokoh Bani Tsaqif di Thaif untuk masuk islam.
Sebelumnya pada bulan Ramadhan, Rasulullah melakukan i’tikaf selama 20 hari yang biasanya beliau hanya lakukan selama 10 hari. Pada saat itu, beliau fokus beribadah kepada Allah dan mengurangi interaksi dengan para sahabat sebelum meninggal.
Hal ini sejalan dengan riwayat imam an-Nasa-i dalam kitab Tafsirnya, Ibnu Abbas mengatakan: “Ketika diturunkan, ia (surat an-Nashr) mengabarkan wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka beliau lebih meningkatkan ketekunan dalam urusan akhirat” (Tafsir an-Nasa-i).
Begitupun saat bulan Ramadhan di tahun tersebut. Malaikat Jibril biasanya menyimak bacaan Al-Qur’an Rasulullah 1 kali khatam. Namun pada saat itu, Jibril menyimak bacaan 2 kali khatam dari Rasulullah SAW.
Kemudian Rasulullah berpesan kepada Muadz bin Jabal dengan bersabda :
يَا مُعَاذُ، إِنَّكَ عَسَى أَنْ لا تَلْقَانِي بَعْدَ عَامِي هَذَا، أَوْ لَعَلَّكَ أَنْ تَمُرَّ بِمَسْجِدِي هَذَا أَوْ قَبْرِي
“Wahai Muadz sesungguhnya engkau mungkin tidak bertemu aku lagi setelah tahun ini, dan mungkin saja engkau akan melewati masjidku ini dan kuburanku ini.” Kemudian Mu’adz pun menangis karena takut berpisah dengan Rasulullah SAW (HR. Ahmad).
Pada saat itulah Rasulullah pun mempersiapkan diri berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji yang pertama dan yang terakhir kalinya. Peristiwa inilah yang disebut Haji Wada.
Rasulullah menyerukan seluruh umat muslim untuk menunaikan ibadah haji bersamanya. Berdasarkan laporan Syekh Mushtafa as-Siba’i dalam As-Sîrah an-Nabawiyah Durus wa ‘Ibar. Ada 114.000 muslim dari Arab yang ikut menunaikan ibadah haji.
Sedangkan Safyurrahman al-Mubarakfuri dalam Ar-Raḫîqul Makhtûm melaporkan ada 124.000 atau 140.000 orang jamaah haji yang datang.
Banyaknya jumlah haji tersebut menggambarkan pencapaian dakwah Rasulullah SAW selama 23 tahun yang sangat luar biasa. Pada saat itu, banyak masyarakat yang berbondong – bondong masuk agama islam.
Padahal sebelumnya, masyarakat kebanyakan menganut ajaran nenek moyang mereka yang menyimpang dengan ajaran kebenaran dari Allah dan rasulnya.
Peristiwa Haji Wada
Saat bulan Dzul Qa’dah tersisa 4 hari lagi, Rasulullah SAW berangkat dari Madinah ke Mekah setelah sholat zuhur. Kemudian beliau sampai di Dzil Hulaifah dan menunaikan sholat ashar disana dengan qashar. Setelah itu, beliau memakai pakaian ihram.
Rasulullah pun melanjutkan perjalanan selama 8 hari hingga akhirnya tiba di Mekah. Kemudian, beliau melakukan thawaf di Ka’bah dan Sa’i di Shafa dan Marwa.
Setelah itu tepatnya pada tanggal 8 Dzulhijjah, Rasulullah SAW berangkat ke Mina. Beliau melakukan sholat dzuhur, ashar, maghrib, isya dan dilanjutkan bermalam di Mina hingga sholat subuh.
Setelah matahari terbit, Rasulullah berangkat ke Arafah dan menyampaikan khotbah disana.
Setelah berkhotbah, beliau mencukur rambutnya dan berangkat ke Mekkah untuk melakukan Thawaf Ifadhah dan sholat dzuhur. Beliau minum air zam – zam di sana sebelum kembali ke Mina dan bermalam di Mina.
Pada tanggal 11 Dzulhijjah, Nabi Muhammad menuju ke Jamarat untuk melempar jumrah. Disana, Rasulullah kembali berkhotbah tentang semua orang memiliki hak yang sama baik orang arab, non arab, kulit putih, ataupun kulit hitam.
Beliau juga berkhotbah mengenai dilarangnya melakukan pertumpahan darah serta mengganggu harta orang lain.
Setelah itu, Nabi Muhammad menetap di Mina pada hari ketiga tasyrik. Kemudian, beliau melaksanakan thawaf wada dan langsung berangkat ke Madinah. Disinilah proses haji yang dilakukan Rasulullah berakhir.
Khutbah Haji Wada
Dalam Haji Wada, Nabi Muhammad sempat menyampaikan beberapa khotbah. Berikut beberapa khutbah Haji Wada oleh Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad sempat menyampaikan khotbah tentang kesetaraan umat manusia. Berdasarkan riwayat Imam Ahmad dari Abi Nadhrah, Rasulullah bersabda :
يَا أَيُّهَا النَّاُس، إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ، وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلاَ لاَ فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ، وَلاَ لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ، وَلاَ لأَحْمَرَ عَلىَ أَسْوَدَ، وَلاَ أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلاَّ بِالتَّقْوَى
“Ingatlah bahwa Rabb kalian itu satu, dan bapak kalian juga satu. Dan ingatlah, tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang ajam (non-Arab), tidak pula orang ajam atas orang Arab, tidak pula orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, dan tidak pula orang berkulit hitam di atas orang berkulit merah; kecuali atas dasar ketakwaan.”
Setelah itu, Rasulullah pun mengingatkan agar umatnya tidak kembali kufur setelah beliau wafat Beliau juga meminta agar pesan Rasulullah juga disampaikan kepada orang yang tidak datang. Nabi Muhammad SAW bersabda :
فَلْيُبِلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ، فَرُبَّ مُبَلَّغٍ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ، فَلا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ
“Maka, hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, karena terkadang yang disampaikan lebih mengerti dari yang mendengar langsung. Janganlah kalian kembali kufur sepeninggalanku, sebagian kalian saling membunuh sebagian lainnya.”
Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga menyuruh manusia untuk memuliakan perempuan dan tidak menyakitinya, termasuk istrinya.
Seperti yang diriwayatkan Ibnu Hisyam dalam kitab Nabawi, Nabi Muhammad menyampaikan bahwa seorang istri memiliki hak nafkah dan batin dari seorang suami.
Laki – laki harus berlaku lemah lembut kepada wanita. Jangan pernah memukul serta melukainya.
Haji Wada dan Wafatnya Rasulullah
Setelah bermalam di Mina, Rasulullah berangkat ke Arafah pada esok paginya. Setelah matahari bergeser dan condong ke barat, Rasulullah mulai khotbah. Di akhir khutbahnya, Rasulullah SAW bersabda :
وَأَنْتُمْ تُسْأَلُونَ عَنِّى فَمَا أَنْتُمْ قَائِلُونَ؟ قَالُوا نَشْهَدُ أَنَّكَ قَدْ بَلَّغْتَ وَأَدَّيْتَ وَنَصَحْتَ. فَقَالَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ يَرْفَعُهَا إِلَى السَّمَاءِ وَيَنْكُتُهَا إِلَى النَّاسِ « اللَّهُمَّ اشْهَدِ اللَّهُمَّ اشْهَدْ ». ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
“Kalian akan ditanya tentangku, apakah yang akan kalian katakan? Jawab parahabat: Kami bersaksi bahwa sesungguhnya engkau telah menyampaikan (risalah), telah menunaikan (amanah) dan telah menasehati. Maka ia berkata dengan mengangkat jari telunjuk ke arah langit, lalu ia balikkan ke manusia: Ya Allah saksikanlah, Ya Allah saksikanlah, sebanyak 3x” (HR. Muslim).
Setelah khutbah Rasulullah SAW selesai, Allah menurunkan ayat QS Al – Maidah ayat 3 :
اليَومَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS. Al-Maidah: 3).
Setelah ayat tersebut turun, Umar bin Khatab pun menangis. Ia merasakan bahwa ajal Rasulullah sudah semakin dekat.
Turunnya ayat tersebut menjelaskan bahwa ajaran Rasulullah telah tuntas dan sempurna. Dengan demikian, dakwah Rasulullah telah selesai sebelum beliau akhirnya tutup usia.
Kota Mekah menjadi saksi bahwa tempat ini merupakan tempat suci umat islam.. Disanalah syariat islam dimulai dan disana pula agama islam disempurnakan.
Tiga bulan setelah melakukan haji wada, Rasulullah tutup usia. Nabi Muhammad meninggal di usianya yang ke 63 tahun lebih empat hari, tepatnya hari Senin, 12 Rabiul Awal 11 H.
Hikmah Haji Wada
Haji Wada mengandung hikmah tersendiri terutama bagi umat muslim. Berikut beberapa hikmah haji wada.
Pertama, haji wada menjadi saksi keberhasilan Nabi Muhammad dalam menyampaikan risalahnya selama 23 tahun berdakwah. Hal ini menunjukkan bahwa ajaran islam diakui kebenarannya oleh banyak orang.
Kedua, Rasulullah SAW menjadi sosok yang memberikan ajaran dengan mencontohkannya secara langsung. Hal ini membuktikan bahwa Rasulullah merupakan sosok pendidik yang baik.
Ketiga, Ketiga, haji wada menjadi momen sempurnanya islam. Rasulullah telah menyampaikan risalahnya dengan lengkap dan dapat dibuktikan kebenarannya dalam Al-Quran dan Hadits.
Haji Wada memiliki makna yang mendalam bagi umat Islam. Selain menandai akhir dari dakwah rasulullah, haji wada juga menjadi momen sempurnanya umat islam.
Banyak pesan – pesan yang disampaikan Rasulullah dalam khutbah haji wada, dimana pesan tersebut mampu membimbing seluruh umat ke jalan yang benar.