Sholat dhuha – Dalam ajaran Islam, sholat lima waktu adalah kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan dalam keadaan apa pun.
Bahkan jika seseorang sedang sakit parah dan tidak mampu berdiri, mereka tetap diwajibkan untuk melaksanakan sholat, baik sambil duduk maupun berbaring.
Selain sholat lima waktu, umat Muslim juga dianjurkan untuk melakukan ibadah sunnah, termasuk sholat sunnah.
Sholat sunnah adalah ibadah tambahan yang sifatnya tidak wajib, namun sangat dianjurkan untuk dilakukan sebagai pelengkap dan penambah kualitas ibadah kita.
Sholat sunnah terdiri dari berbagai jenis yang masing-masing memiliki keutamaan tersendiri, seperti sholat tahajud, sholat hajat, sholat istikharah, sholat witir, dan sholat tarawih di bulan Ramadan.
Kali ini, kita akan membahas salah satu sholat sunnah yang sangat dianjurkan, yaitu sholat dhuha.
Apa Itu Sholat Dhuha
Kata “dhuha” dalam bahasa Arab merujuk pada awal siang hari atau pagi. Dalam fiqih Islam, shalat dhuha adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu dhuha, yaitu setelah matahari terbit setinggi satu tombak (sekitar 2,5 meter) hingga menjelang waktu zawâl, yaitu saat matahari mulai tergelincir ke arah barat.
Shalat dhuha termasuk dalam kategori sunnah muakkadah, yang berarti sangat dianjurkan dan memiliki banyak keutamaan.
Sholat Dhuha Jam Berapa
Menurut Syekh Hasan bin ‘Ammar, salah satu ulama mazhab Hanafi, dalam kitab Maraqil Falah, terkait waktu shalat dhuha:
لِأَنَّ مِنْ طُلُوعِ الشَّمْسِ إلَى الزَّوَالِ لَهُ ثَلَاثَةُ أَسْمَاءٍ فَأَوَّلُهَا: ضَحْوَةٌ وَذَلِكَ عِنْدَ الشُّرُوقِ. وَثَانِيهَا: ضُحًى مَقْصُورٌ وَذَلِكَ إذَا ارْتَفَعَتْ الشَّمْسُ. وَثَالِثُهَا: ضَحَاءٌ بِالْمَدِّ وَذَلِكَ إلَى الزَّوَالِ. وَالْمُرَادُ بِالْوَقْتِ الَّذِي يُنْسَبُ إلَيْهِ الصَّلَاةُ ارْتِفَاعُ الشَّمْسِ وَهُوَ مَقْصُورٌ
Artinya, “Sungguh, waktu antara terbit matahari hingga tergelincir terbagi tiga. Pertama, waktu dhahwah. Waktu itu terjadi pada saat terbit. Kedua, waktu dhuha yang dibatasi dengan naiknya matahari. Ketiga, waktu dhaha. Waktu itu (dimulai dari habis waktu dhuha) hingga tergelincir matahari. Dengan demikian, yang dimaksud waktu yang dinisbahkan pada shalat dhuha adalah waktu di mana naiknya matahari. Naiknya matahari itulah yang menjadi batasnya,” (Lihat Al-Kharasyi, Syarh Mukhtashar Khalil, Beirut, Darul Fikr, jilid II, halaman 4).
Berdasarkan penjelasan Syekh Hasan bin ‘Ammar dalam kitab Maraqil Falah, waktu antara terbitnya matahari hingga tergelincir terbagi menjadi tiga bagian.
Pertama adalah waktu dhahwah, yaitu dari terbit matahari hingga matahari setinggi satu tombak (sekitar 2,5 meter).
Kedua adalah waktu dhuha, yang dimulai setelah matahari mencapai ketinggian satu tombak hingga waktu istiwa (matahari tepat di atas langit).
Ketiga adalah waktu dhaha, yaitu dari waktu istiwa hingga waktu matahari tergelincir ke arah barat. Dengan demikian, shalat dhuha dilakukan selama waktu dhuha yang mulai dari ketinggian satu tombak hingga sebelum waktu istiwa.
Untuk menentukan waktu sholat dhuha, beberapa ulama memberikan berbagai ukuran untuk satu tombak. Syekh Abu Sulaiman dalam Ma‘alimus Sunan menyebutkan bahwa satu tombak menurut pandangan mata telanjang.
Syekh Sulaiman bin Muhammad bin ‘Umar dalam Hasyiyatul Bujairimi menyatakan bahwa satu tombak kira-kira setinggi tujuh hasta.
Syekh Muhammad bin Ahmad bin ‘Arafah Ad-Dasuqi dalam Hasyiyatud Dasuqi menyebutkan satu tombak sekitar 12 jengkal. Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu menyatakan bahwa satu tombak kira-kira sepanjang 2,5 meter.
Beberapa sumber juga mengonversi ukuran ini ke waktu, yaitu sekitar 15-20 menit setelah matahari terbit.
Untuk kemudahan, waktu sholat dhuha dapat diketahui dengan melihat jadwal imsakiah dari lembaga resmi atau dengan cara melihat panjang bayangan benda, jika panjang bayangan sudah sama dengan tinggi bendanya, maka waktu sholat dhuha telah masuk.
Apa Niat Sholat Dhuha
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatad dhuhā rak‘ataini lillāhi ta‘ālā.
Artinya, “Aku menyengaja sembahyang sunnah Dhuha dua rakaat karena Allah SWT.”
Sholat Dhuha Berapa Rakaat
Shalat Dhuha, yang merupakan ibadah sunnah, dilakukan dengan jumlah minimal dua rakaat dan maksimal hingga dua belas rakaat.
Pada setiap rakaat, setelah membaca surat al-Fatihah, disunnahkan untuk membaca surat as-Syamsu dan ad-Dhuha, atau bisa juga membaca surat al-Kafirun dan al-Ikhlas.
Untuk lebih memfokuskan ibadah, bisa dilakukan dengan cara menggabungkan surat-surat tersebut: pada rakaat pertama membaca as-Syamsu dan al-Kafirun, sedangkan pada rakaat kedua membaca ad-Dhuha dan al-Ikhlas.
Untuk rakaat-rakaat selanjutnya, disunnahkan membaca surat al-Kafirun pada rakaat pertama dan surat al-Ikhlas pada rakaat kedua.
Keutamaan Sholat Dhuha
Keutamaan Shalat Dhuha sangatlah banyak, di antaranya sebagai berikut:
1. Sholat dhuha menjadi sedekah semua tulang manusia.
عَنْ أَبِى ذَرٍّ عَنِ النَّبِىِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ. فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ، وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ، وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى. (رواه مسلم)
Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Dzar radliyallahu ‘anh, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: ‘Ada sedekah (yang hendaknya dilakukan) atas seluruh tulang salah seorang dari kalian. Karena itu setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi munkar adalah sedekah, dan dua rakaat shalat Dhuha mencukupi semuanya itu’,” (HR Muslim).
2. Sholat dhuha menjadi shalat kaum awwâbîn
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: لَا يُحَافِظُ عَلَى صَلَاةِ الضُّحَى إِلَّا أَوَّابٌ. قَالَ: وَهِيَ صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ. (رواه الحاكم وقال: هذا حديث صحيح على شرط مسلم)
Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anh, ia berkata: ‘Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Tidak ada yang menjaga shalat Dhuha kecuali orang yang kembali kepada Allah dengan bertaubat.’ Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Shalat Dhuha adalah shalat orang-orang yang kembali kepada Allah dengan bertaubat’,” (HR al-Hakim dan ia berkata: “Ini hadits shahih sesuai syarat Imam Muslim).
3. Setiap dua rakaat shalat Dhuha mempunyai keutamaan khusus
عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: لَقِيتُ أَبَا ذَرٍّ، فَقُلْتُ: يَا عَمُّ اقْبِسْنِى خَيْرًا. فَقَالَ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ كَمَا سَأَلْتَنِي فَقَالَ: إِنْ صَلَّيْتَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لَمْ تُكْتَبْ مِنَ الْغَافِلِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا أَرْبَعًا كُتِبْتَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا سِتًّا كُتِبْتَ مِنَ الْقَانِتِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا ثَمَانِيًا كُتِبْتَ مِنَ الْفَائِزِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا عَشْرًا لَمْ يُكْتَبْ لَكَ ذَلِكَ الْيَوْمَ ذَنْبٌ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بَنَى اللهِ لَكَ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ. ( رواه البيهقي)
Artinya: “Diriwayatkan dari Ismail bin Ubaidillah, dari Abdullah bin Amr, ia berkata: ‘Aku bertemu dengan Abu Dzar radliyallahu ‘anh, lalu berkata: ‘Wahai Paman, beritahukanlah diriku pada suatu kebaikan.’ Lalu ia menjawab: ‘Aku bertanya kepada Rasulullah ﷺ sebagaimana Kamu bertanya kepadaku.
Lalu beliau bersabda: ‘Bila Kamu shalat Dhuha dua rakaat maka tidak akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang lalai; bila Kamu shalat Dhuha empat rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang berbuat baik; bila Kamu shalat Dhuha enam rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang taat; bila Kamu shalat Dhuha delapan rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang beruntung; bila Kamu shalat Dhuha 10 rakaat maka pada hari itu tidak akan dicatatkan dosa bagimu; dan bila Kamu shalat Dhuha 12 rakaat maka akan dibangunkan untukmu sebuah rumah di surga’,” (HR al-Baihaqi).