DUA, tiga, hingga empat lagu, para tamu dan undangan malam penganugerahan SNI Award 2019 di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Rabu malam kemarin, tampak riang. Bahkan ada yang ikut menyanyi, mengikuti Nowela, jebolan Indonesian Idol yang jadi bintang tamu.
Tetapi saat Nowela berhenti sejenak, lalu mulai berbicara soal BJ Habibie, banyak yang tiba-tiba tertegun. Temanya soal jasa-jasa. Juga cinta. Dari seseorang yang telah pergi dan tak kembali.
Nowela, perempuan berdarah Batak dan Papua itu kemudian menyanyikan “Cinta Sejati”. Soundtrack film “Habibie & Ainun”. Beberapa orang tampak kembali ikut bernyanyi, namun dengan wajah yang lebih sendu.
Badan Standardisasi Nasional (BSN), sang tuan rumah, memang memberi sesi khusus agar semua yang hadir bisa kembali mengenang jasa Habibie. Pria kelahiran Parepare itu disebut sebagai founding father BSN.
Habibie semasa hidup memang banyak memberi ide untuk standardisasi produk-produk Indonesia. Baginya, bangsa ini bisa mengandalkan masa depannya pada kualitas daya saing dan sumber daya manusia terbarukan.
Dan malam itu, beberapa bulan setelah Habibie berpulang, semangatnya tetap diadopsi. BSN mengajak para pelaku usaha serta organisasi manapun di Indonesia untuk bersungguh-sungguh memperbaiki kualitas produknya.
Kepala BSN, Bambang Prasetya, mengaku bahagia karena tahun ini, para peserta yang merupakan penerap SNI, menunjukkan inovasi-inovasi. Hampir semuanya terkait dengan pemanfaatan teknologi. Sebab memang sudah eranya. Kini sudah 4.0.
Sebelum nama-nama penerima anugerah diumumkan, sebuah drone terbang dari arah belakang dan mendarat di tangan Prof Rhenald Kasali, ketua dewan juri. Alat itu membawa dokumen yang berisi hasil penilaian SNI Award 2019.
MC acara bilang, itu untuk menunjukkan bahwa sekarang teknologi bisa memudahkan siapa saja yang ingin berubah semakin baik.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto yang datang agak telat, berpidato di pengujung acara. Dia bilang bahwa para penerima anugerah harus mendapat banyak manfaat dari prestasinya. BSN diharapkan tak lelah membina, memberi masukan-masukan.
Malam itu, ada 69 orang yang naik ke panggung sebagai penerima anugerah. Masing-masing mewakili tempatnya mengabdi. Presiden Direktur Tazkiyah Global Mandiri, Ahmad Yani Fachruddin dan Rektor UNM, Prof Husain Syam termasuk di antaranya.
Tazkiyah, perusahaan penyedia jasa umrah dan haji khusus, mendapatkan trofi perunggu di kategori organisasi menengah dan besar jasa. UNM meraih piala kategori organisasi pendidikan.
Ahmad Yani dan Husain kembali ke Sulawesi Selatan dengan trofi di koper dan kebanggaan di dada. Juga tekad untuk selalu menciptakan ide-ide. Tak cuma untuk organisasi yang dipimpinnya, namun juga bangsa ini. Persis seperti yang dipesankan Habibie. (*/)