TEMPATNYA jauh tetapi begitu dekat di hati. Makkah, Madinah, dan wilayah Arab Saudi secara umum. Rasanya sudah sangat ingin berangkat; menunaikan ibadah haji maupun umrah.
Sembari berdoa dan menunggu waktunya tiba, mari belajar soal persiapan terpenting melaksanakan rangkaian ibadah tersebut.
Imam Al-Ghazali dalam Ikhtisar Ihya Ulumiddin merangkum delapan amalan lahiriah dari awal keberangkatan sampai Ihram.
Pertama, bertobat. Menunaikan kewajiban yang belum terlaksana. Semisal melunasi utang, menyediakan biaya hidup untuk keluarga yang wajib dinafkahi selama kepergiannya ke tanah suci sampai kembali, mengembalikan barang-barang titipan, dan segala sesuatu yang dibawanya adalah barang halal.
Kedua, mencari teman yang saleh supaya dapat mengambil manfaat dari ilmu agama.
Ketiga, salat dua rakaat sebelum berangkat. Membaca surat Al-Kafirun pada rakaat pertama dan surah Al-Ikhlas pada rakaat kedua. Sesuai salat, kemudian mengangkat kedua tangan sambil membaca doa.
“Ya Allah engkau adalah teman dalam perjalanan ini. Engkau adalah penjaga keluarga, anak para sahabat. Jagalah kami dan mereka dari segala marabahaya, penyakit, dan bala.”
Keempat, ketika hendak melangkahkan kaki keluar rumah, kembali membaca doa. “Dengan nama Allah aku bertawakal kepada Allah. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. Wahai Allah aku berlindung kepada-Mu agar akun tidak sesaat atau menyesatkan, tidak dihina atau menghina orang lain, tidak tergelincir atau menggelincirkan orang lain, tidak berbuat zalim atau dizalimi, tidak membodohi atau dibodohi.”
Kelima, saat menaiki kendaraan membaca doa dan lafaznya. “Dengan menyebut nama Allah dan dengan Allah. Allah maha besar. Aku bertawakal kepada Allah. Cukuplah Allah bagiku. Maha suci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.”
Keenam, disunnahkan tidak turun dari kendaraan sebelum siang memanas dan agar menempuh perjalanan di malam hari.
Rasulullah bersabda. “Berjalanlah pada malam hari karena bumi dilipat sehingga menjadi lebih dekat pada malam hari, yang mana ia tidak dilipat pada siang hari.”
Ketujuh, tidak berjalan sendiri karena dikhawatirkan tersesat.
Kedelapan, ketika melewati dataran tinggi, hendaknya bertakbir tiga kali kemudian berdoa. “Ya Allah, kemuliaan di atas semua kemuliaan hanyalah milik-Mu dan segala puji hanya bagi-Mu dalam semua keadaan.
Dan lalu ganti membaca tasbih apabila turun dari dataran tinggi. Jika muncul rasa takut dan gelisah, bacalah doa. “Maha Suci Zat pemilik kerajaan, sang Mahakudus Tuhan para malaikat dan Ruh (Jibril). Langit dan bumi diagungkan dengan kemuliaan dan keperkasaan.” (tmt/bs)