Bukit Shafa dan Marwah, dua landmark yang menghiasi Mekkah, tidak hanya merupakan tempat ibadah, tetapi juga penanda sejarah perjalanan heroik Siti Hajar, istri dari Nabi Ibrahim AS.
Terletak di sebelah barat Masjidil Haram, kedua bukit ini menjadi pusat dari ritual sa’i, sebuah bagian penting dari ibadah haji dan umrah yang dilakukan oleh jutaan jemaah setiap tahunnya.
Sejarah Bukit Shafa dan Marwah
Bukit Shafa dan Marwah memiliki sejarah penting dalam Islam yang terkait erat dengan kisah Nabi Ibrahim AS, istrinya Siti Hajar, dan putra mereka Nabi Ismail AS.
Menurut riwayat, ketika itu Siti Hajar beserta bayinya Ismail ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim di lembah gersang Mekkah atas perintah Allah SWT.
Setelah persediaan air habis, Siti Hajar sangat mengkhawatirkan keselamatan putranya. Dengan penuh keputusasaan, ia berlari mondar-mandir tujuh kali antara dua bukit yang berdekatan, Shafa dan Marwah, untuk mencari sumber air atau bantuan.
Pada pelarian yang ketujuh kalinya, Siti Hajar mendengar suara bayi Ismail mengais-ngais tanah dengan kakinya. Tiba-tiba muncul mata air zam-zam yang memancar di dekat kaki Ismail.
Air itu kemudian menyelamatkan kehidupan mereka di lembah gersang tersebut.Peristiwa mengharukan ini menjadi asal mula ritual sa’i dalam ibadah haji dan umrah.
Sa’i dilakukan dengan berlari-lari kecil tujuh kali bolak-balik antara bukit Shafa dan Marwah untuk mengenang dan menghormati perjuangan serta ketabahan Siti Hajar.
Bukit Shafa terletak di sebelah barat Masjidil Haram, sedangkan Marwah di sebelah timur. Kedua bukit ini dihubungkan oleh jalur khusus sepanjang 395 meter yang disebut Mas’a untuk memudahkan jemaah melakukan ritual sa’i.
Pada awalnya, jemaah harus melakukan sa’i di luar Masjidil Haram. Namun seiring waktu, area terbuka antara dua bukit ini kian sempit akibat pertambahan penduduk dan bangunan di Mekkah.
Oleh karena itu, pada tahun 1964 jalur khusus sa’i di dalam Masjidil Haram dibangun untuk mengakomodasi ritual ini.
Jalur tersebut terus direnovasi untuk menampung jumlah jemaah haji dan umrah yang kian meningkat. Kini terdapat dua tingkat jalur sa’i yang menghubungkan bukit Shafa dan Marwah dengan infrastruktur modern.
Kedua bukit bersejarah ini menjadi monumen penting yang menyimbolkan rasa syukur, ketabahan, dan kepasrahan kepada Allah SWT.
Melakukan sa’i di antara keduanya merupakan pengingat bagi umat Islam untuk senantiasa rendah hati dan berserah diri seperti kisah Siti Hajar.
Ibadah Sa’i di Bukit Shafa dan Marwah
Ritual sa’i, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari ibadah haji dan umrah, melibatkan berlari-lari kecil antara Bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali.
Namun, makna dari ritual ini jauh lebih dalam daripada sekadar gerakan fisik. Sa’i adalah sebuah perjalanan spiritual yang mengajarkan umat Islam tentang keteguhan, kesabaran, dan keajaiban rahmat Allah.
Saat melakukan sa’i, jamaah tidak hanya mengulangi langkah-langkah Siti Hajar dalam mencari air, tetapi juga merenungkan makna di balik perjuangan tersebut.
Ini adalah momen refleksi yang membawa mereka untuk memahami betapa besar pengaruh kesabaran dan keteguhan hati dalam menghadapi ujian kehidupan.
Lebih dari sekadar penghormatan terhadap sejarah, sa’i adalah cara untuk memperdalam ikatan spiritual dengan kisah perjuangan dan penyelamatan yang terjadi di tempat itu.
Melalui ritual ini, jemaah diingatkan akan kekuatan doa, keyakinan, dan tawakkal kepada Allah dalam mengatasi kesulitan.
Setiap langkah di antara Bukit Shafa dan Marwah menjadi kesempatan bagi mereka untuk mendekatkan diri kepada-Nya, menguatkan iman, dan merasakan kehadiran-Nya yang tak terbatas dalam hidup mereka.
Jarak Bukit Shafa dan Marwah
Bukit Shafa dan Marwah terletak di Kota Suci Mekkah, Arab Saudi. Kedua bukit ini memiliki lokasi yang strategis dan berdekatan dengan Masjidil Haram, tempat Kakbah berada.
Secara lebih spesifik, lokasi bukit Shafa dan Marwah adalah sebagai berikut:
1. Bukit Shafa
Bukit Shafa berada di sisi barat Masjidil Haram, tepatnya di sisi barat laut. Bukit ini berjarak sekitar 115 meter dari sudut Hajar Aswad (Batu Hitam) yang ada di Kakbah.
2. Bukit Marwah
Bukit Marwah terletak di sebelah timur Masjidil Haram, kurang lebih 275 meter dari sudut Hajar Aswad. Jaraknya dari bukit Shafa sekitar 395 meter.
Kedua bukit ini dihubungkan oleh sebuah jalur khusus yang disebut Mas’a atau jalur sa’i. Jalur ini berada di dalam area Masjidil Haram dan memiliki dua tingkat, yakni lantai bawah dan lantai atas.
Posisi bukit Shafa dan Marwah yang berdekatan dengan Kakbah menjadikannya lokasi strategis untuk melakukan ritual sa’i dalam ibadah haji dan umrah.
Para jemaah akan berlari-lari kecil tujuh kali bolak-balik di sepanjang jalur penghubung antara kedua bukit ini.
Dalam perencanaan tata ruang Masjidil Haram yang semakin luas, lokasi bukit Shafa dan Marwah tetap dipertahankan karena nilai historis dan sakralnya.
Berbagai fasilitas dan infrastruktur dibangun untuk mengakomodasi jumlah jemaah yang terus meningkat setiap tahunnya.
Akses menuju bukit Shafa dan Marwah juga sangat mudah dari berbagai penjuru Masjidil Haram.
Pintu-pintu khusus disediakan untuk memudahkan jemaah mencapai lokasi kedua bukit bersejarah ini saat menunaikan ibadah haji dan umrah.
Shafa dan Marwah dalam Al-Qur’an
Di dalam Al-Quran, bukit Shafa dan Marwah disebutkan secara khusus dalam satu ayat, yaitu QS. Al-Baqarah ayat 158:
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ ۖ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا ۚ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ
“Sesungguhnya Shafa dan Marwah itu adalah sebagian dari syiar-syiar (lambang-lambang agama) Allah. Barangsiapa mengerjakan haji ke Baitullah atau umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i (tawaf antara Shafa dan Marwah). Dan barangsiapa dengan kerelaan hatinya mengerjakan kebajikan, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 158)
Dalam ayat tersebut, Allah SWT menegaskan bahwa Shafa dan Marwah merupakan bagian dari syiar atau lambang-lambang agama Islam.
Ritual sa’i atau berlari-lari kecil antara dua bukit itu diperintahkan bagi mereka yang menunaikan ibadah haji atau umrah ke Baitullah (Kakbah).
Ayat ini turun untuk membantah anggapan sebagian orang Arab jahiliah yang menganggap sa’i sebagai perbuatan syirik atau musyrik.
Allah kemudian menetapkan bahwa sa’i merupakan ritual yang disyariatkan dalam agama Islam sebagai bentuk penghormatan atas kisah perjuangan Siti Hajar.
Selain memerintahkan ritual sa’i, ayat tersebut juga mengandung janji pahala bagi orang yang dengan kerelaan hati melakukan kebajikan lebih dari yang diwajibkan.
Hal ini menunjukkan bahwa ibadah haji dan umrah bukanlah rutinitas belaka, tetapi harus disertai dengan keikhlasan dan semangat berbuat kebajikan.
Sehingga dapat disimpulkan, Al-Quran mengukuhkan Shafa dan Marwah sebagai lokasi bersejarah yang sakral dan menjadi bagian dari ritual ibadah dalam Islam.
Sa’i atau mondar-mandir antara dua bukit ini merupakan upaya menghidupkan kembali semangat juang Siti Hajar yang dijadikan teladan bagi seluruh umat Muslim.
Keistimewaan Bukit Shafa dan Marwah
Bukit Shafa dan Marwah memiliki keistimewaan dan kedudukan penting dalam ajaran Islam karena beberapa hal. Pertama, kedua bukit ini merupakan lokasi bersejarah yang menyimpan kisah perjuangan Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim AS. Dalam kisah tersebut, Siti Hajar berjuang mencari air di padang gersang Mekkah untuk menyelamatkan putranya, Ismail AS. Kisah ini diabadikan dalam ritual sa’i, yang menjadi bagian penting dari ibadah haji dan umrah.
Selain itu, kedua bukit ini juga dianggap sebagai tempat bersyiar dalam Islam. Al-Quran dalam Surat Al-Baqarah ayat 158 menyebutkan bahwa Shafa dan Marwah adalah bagian dari syiar-syiar Allah, yang menunjukkan kedudukan mereka sebagai tempat untuk mengagungkan dan memproklamirkan kebesaran Allah.
Kemudian, sa’i atau berlari-lari kecil tujuh kali antara Shafa dan Marwah merupakan salah satu rukun dalam ibadah haji dan umrah. Ini menjadikan kedua bukit tersebut sebagai lokasi sakral untuk menunaikan ibadah dan menjadi momen spiritual bagi jemaah haji dan umrah.
Selanjutnya, melakukan sa’i di antara Shafa dan Marwah menjadi momen spiritual yang mengingatkan pada kisah perjuangan Siti Hajar. Hal ini juga menguatkan rasa syukur, ketabahan, dan kepasrahan kepada Allah SWT bagi jemaah haji dan umrah.
Selain sebagai tempat ibadah, sa’i juga menjadi lambang kesetaraan dan penghormatan bagi seluruh umat Islam. Sa’i dilakukan tanpa membedakan latar belakang atau status sosial, sehingga membawa pesan tentang persaudaraan dan persatuan umat Islam.
Bukit Shafa dan Marwah juga memiliki keberkahan tersendiri dalam pandangan umat Islam di seluruh dunia, terutama karena kaitannya dengan mata air Zam-Zam yang muncul setelah perjuangan Siti Hajar. Keberkahan ini memberikan nilai spiritual yang mendalam bagi umat Islam yang melakukan ibadah di kawasan Shafa dan Marwah.
Terakhir, Shafa dan Marwah merupakan bagian dari warisan budaya dan sejarah peradaban Islam yang dilestarikan dan dihormati hingga saat ini. Kedua bukit ini menjadi simbol ketahanan dan kebersinambungan ajaran Islam, mengingatkan umat tentang pentingnya menjaga tradisi dan nilai-nilai yang diwariskan oleh para pendahulu mereka.
Dengan semua keistimewaan ini, bukit Shafa dan Marwah menduduki posisi yang sangat penting dalam tradisi spiritual dan ritual ibadah umat Muslim di seluruh dunia, serta terus menjadi sumber inspirasi dan pengajaran bagi generasi-generasi yang akan datang.
Do’a Sa’i di Bukit Shafa dan Marwah
Dalam melakukan ritual sa’i atau berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah, terdapat beberapa doa yang dianjurkan untuk dibaca. Berikut penjelasan tentang doa-doa tersebut:
1. Doa ketika berada di Bukit Shafa
Ketika sampai di bukit Shafa, dianjurkan untuk menghadap ke arah Kakbah sambil membaca:
اللَّهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ، أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ
“Allah Maha Besar, tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya segala kerajaan dan segala pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, Dia telah memenuhi janji-Nya, menolong hamba-Nya, dan mengalahkan sendirian golongan-golongan kafir.”
2. Doa ketika berada di Bukit Marwah
Saat sampai di bukit Marwah, menghadap ke arah Kakbah dan membaca doa yang sama seperti di bukit Shafa.
3. Doa Antara Shafa dan Marwah
Di sepanjang jalur antara kedua bukit, dianjurkan untuk membaca doa:
رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَتَجَاوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ الْأَعَزُّ الْأَكْرَمُ
“Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku, dan perlakukanlah aku dengan cara yang Engkau (Maha) tahu, sesungguhnya Engkau Mahaperkasa lagi Mahamulia.”
Selain itu, jemaah juga dianjurkan untuk berzikir dan berdoa kepada Allah sesuai dengan kebutuhan dan hajatnya. Karena sa’i merupakan momen spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Perlu diingat bahwa yang terpenting adalah kekhusyukan dalam melaksanakan ritual sa’i dan doa-doa tersebut dengan hati yang ikhlas dan penuh kerendahan hati.
Sebab, esensi dari sa’i adalah mengenang dan menghormati perjuangan Siti Hajar serta mengambil pelajaran ketaatan dan kepasrahan beliau kepada Allah SWT.
Bukit Shafa dan Marwah bukan hanya dua bukit biasa di Mekkah. Di balik kesederhanaan mereka, terukir kisah heroik Siti Hajar yang patut diteladani.
Ritual sa’i yang dilakukan di antara dua bukit ini menjadi simbol keteguhan iman, kesabaran, dan penyerahan diri kepada Allah SWT.
Penutup
Bagi jemaah haji dan umrah, Bukit Shafa dan Marwah bukan hanya tempat untuk menunaikan ibadah, tetapi juga menjadi momen refleksi diri dan pengingat akan perjuangan para pendahulu.
Setiap langkah di antara dua bukit ini menjadi pengingat untuk selalu bersyukur atas nikmat Allah dan senantiasa berserah diri kepada-Nya.
Bukit Shafa dan Marwah akan selalu menjadi saksi bisu perjalanan spiritual umat Islam di seluruh dunia.
Keindahan sejarah dan makna spiritual yang terkandung di dalamnya akan terus menginspirasi generasi Muslim untuk senantiasa teguh dalam iman dan taat kepada Allah SWT.