JAKARTA – Tiga puluh empat anggota tim penyedia layanan haji Indonesia di Arab Saudi tiba di tanah air, Jumat, 10 April 2020. Tugas sudah ditunaikan. Sisa berdoa semoga musim haji 1441 H/2020 M terlaksana sebagaimana mestinya.
Konsul Haji KJRI Jeddah, Endang Jumali menjelaskan, 34 petugas ini terbagi atas tiga tim, yaitu: penyedia akomodasi, konsumsi, dan transportasi.
Tim penyedia akomodasi sudah deal dengan 152 hotel di Mekah dengan 208.296 kapasitas. Selain itu, ada empat hotel cadangan dengan 1.590 kapasitas. Untuk akomodasi Madinah, tim telah mendapatkan 28 hotel dengan 26.520 kapasitas dengan sistem penyewaan full musim berdasarkan Rencana Perjalanan Haji tahun 1441 H/2020 M. Total 234.816 kapasitas.
“Tim penyediaan akomodasi tidak dapat melanjutkan negosiasi akomodasi Madinah karena jadwal penerbangan belum keluar. Jadwal ini dibutuhkan untuk konfigurasi penempatan dan menghitung ketercukupan pagu,” jelas Endang di situs resmi Kemenag.
Untuk konsumsi jemaah, lanjut Endang, tim telah menyelesaikan negosiasi dengan 39 penyedia konsumsi wilayah Mekah, dan 17 penyedia konsumsi wilayah Madinah. Negosiasi juga sudah diselesaikan dengan 13 penyedia layanan konsumsi di Armina dan dua penyedia layanan konsumsi di bandara Jeddah.
Endang menambahkan, 13 perusahaan ikut mendaftar dalam penyediaan layanan transportasi antar kota perhajian (Madinah – Makkah – Jeddah atau sebaliknya) bagi jemaah haji Indonesia. Ada 9 perusahaan yang mendaftar untuk layanan transportasi shalawat.
“Setelah dilakukan penilaian dokumen, 11 perusahaan memenuhi syarat administrasi untuk ikut dalam penyediaan transportasi antar kota perhajian. Sementara untuk transportasi shalawat, sebanyak 6 perusahaan yang memenuhi syarat,” jelas Endang.
“Tim juga sudah melakukan kasyfiyah terhadap perusahaan-perusahaan tersebut,” sambungnya.
Namun, kata Endang, tim penyediaan transportasi belum bisa melanjutkan negosiasi karena perusahaan bus dan juga Naqabah mengacu pada arahan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi untuk menunda segala bentuk kontrak.
Sebelumnya, Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi mengatakan telah menyiapkan tiga skenario terkait ibadah haji tahun 2020 sehubungan pandemi virus corona (Covid-19).
Skenario pertama adalah penyelenggaraan haji dilakukan seperti biasa. Skenario ini hanya dilakukan jika pandemi corona sudah menurun dan Saudi menyatakan siap menggelar haji.
Skenario kedua, haji diselenggarakan dengan penerapan social distancing. Dengan cara ini maka akan ada pembatasan atau pengurangan kuota hingga 50 persen.
“Kuota diperkirakan dikurangi hingga 50 persen dengan pertimbangan ketersediaan ruang yang cukup untuk mengatur social distancing. Skenario ini memaksa seleksi lebih mendalam terhadap jemaah yang berhak berangkat,” kata Fachrul dalam Rapat Kerja Komisi VIII DPR RI dengan Menag yang disiarkan langsung Facebook DPR RI, Rabu, 8 April 2020.
Skenario ketiga adalah pembatalan. Skenario ini akan fokus pada kemungkinan Indonesia tidak bisa mengirim jemaah haji 2020. Situasi ini bisa terjadi karena dua hal.
Pertama, kata Fachrul, pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama tak cukup waktu menyiapkan penyelenggaraan ibadah haji akibat cepatnya perubahan kebijakan Arab Saudi. Kedua, pemerintah Indonesia memutuskan untuk tidak mengirim jemaah haji dengan alasan keselamatan atau keamanan.
“Skenario ini menggunakan asumsi bahwa kondisi Arab Saudi belum memungkinkan untuk penyelenggaraan haji sebagaimana tahun-tahun sebelumnya,” ujar Fachrul.
Sebelumnya, Arab Saudi memutuskan untuk menghentikan pelayanan ibadah umrah hingga waktu yang belum ditentukan. Kebijakan itu menyusul pandemi virus corona (Covid-19).
Penyetopan pelayanan umrah menjadi titik mula spekulasi pembatalan haji pada tahun ini. Sampai saat ini Kemenag mengaku belum mendapat informasi resmi dari Saudi. Dengan demikian persiapan haji di Indonesia tetap berjalan. (tim media tazkiyah)