MAKKAH – Inilah air paling segar di dunia. Air zamzam. Sumurnya ada di dekat Kakbah, di dalam Kompleks Masjidilharam. Alirannya tak pernah berhenti.
Sumur zamzam terus dirawat selama berabad-abad. Salah satu yang lama memelihara sumur tersebut adalah Abd Al-Muttalib bin Hashim, kakek Nabi Muhammad.
Di masa lalu, sumur suci dilindungi dengan cara konvensional. Hingga pada pemerintahan almarhum Raja Abdullah, sebuah lompatan besar ditempuh. Dia memerintahkan perubahan metode pengisian dan pendistribusian air di dua masjid suci; Masjidilharam di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.
Dia memulai Proyek Air Raja Abdullah bin Abdul Aziz Zamzam (KPZW) pada 2013. Biaya konstruksi proyek ini mencapai 700 juta riyal Saudi.
Proyek ini menghilangkan banyak metode lama terkait pemompaan, penyaringan, pendistribusian, dan pengisian air. Diganti dengan teknologi terbaru dan teraman.
Dahulu, air dibotolkan secara manual dalam berbagai ukuran wadah, tanpa mengikuti proses pembotolan resmi. Namun, dengan proyek baru ini, ada dua ukuran utama wadah resmi yaitu 5 dan 10 liter. Diolah, dibotolkan, disimpan, dan didistribusikan secara efisien.
Di dalam dua masjid suci, air disediakan dalam pendingin yang menjalani proses pembersihan dan pengisian setiap hari.
Air Zamzam sekarang didistribusikan melalui platform bisnis elektronik Saudi HNAK, yang juga menawarkan layanan pengiriman ke rumah. Ekstraksi, pemompaan, dan pengawasan berkelanjutan terhadap penyimpanan dan jaringan pipa dicapai melalui teknologi serat optik.
Kualitas mineral alami air zamzam pun terjaga. Kontrol kualitas yang ketat melibatkan para ahli.
“Untuk mengelola sumur zamzam secara berkelanjutan, kita perlu memiliki pemahaman penuh tentang pengaturan lingkungan dan hidrogeologis dari sumur suci ini dan sumber air yang mencapainya, termasuk konduktor air di daerah tersebut,” ujar Samer Showman, presiden pusat penelitian, dilansir Arab News.
Menurut Showman, perlu melihat bagaimana air disimpan dan seberapa cepat ia bergerak dan jenis mineral yang diekstraksi melalui perjalanannya di antara bebatuan untuk memahami apa yang menjadi ciri-ciri air Zamzam.
“Kami telah menghubungkan model matematika dengan jaringan data curah hujan dan stasiun curah hujan di bagian akuifer yang berbeda untuk menentukan volume dan kuantitas air yang tepat yang dapat diambil sepanjang tahun di Wadi Ibrahim,” tambahnya.
Showman membeberkan, laboratorium khusus air zamzam di Makkah melacak dan menguji sampel air yang berbeda, yang dianalisis setiap minggu untuk menjaga kualitas.
Jutaan Liter
Air zamzam memang jadi hal yang sangat fenonemal. Berawal dari aliran di bawah kaki Ismail yang masi bayi saat sedang dipangku ibunya di padang pasir yang gersang, sumur itu terus bisa menghilangkan dahaga orang-orang hingga saat ini. Konsumsi air zamzam terus meningkat.
Pengunjung Masjidilharam di Kota Makah saja sudah menggunakan lebih dari 1,5 juta liter air zamzam selama tiga bulan terakhir.
Total 1,8 juta botol air suci juga telah dikonsumsi sejak awal tahun Hijriah Islam yang dimulai pada 20 Agustus 2020. Itu catatan departemen yang bertanggung jawab atas fasilitas air di Masjidilharam.
Hentakan Jibril
Air zamzam adalah karunia Allah Swt. Sejak masa Nabi Ibrahim AS hingga kini, mata air tersebut tidak pernah kering.
Imam Bukhori meriwayatkan: “Nabi Ibrahim a’laihisalam membawa istri dan putranya Ismail yang masih menyusui ke Makkah kemudian singgah di bawah sebuah pohon tempat sumur zamzam sekarang ini.”
Kala itu tidak seorang pun yang tinggal di Makkah, tidak pula terdapat mata air. Sebagai bekal, Nabi Ibrahim meninggalkan wadah berisikan kurma dan satu lagi berisikan air.
Nabi Ibrahim beranjak pergi meninggalkan istri dan putranya di tempat itu. Istrinya kemudian mengikuti seraya berkata: “Wahai Ibrahim ke mana engkau pergi? Apakah engkau akan meninggalkan kami di tempat yang tidak berpenghuni ini dan tak ada sesuatu pun?”
Berulang-ulang Siti Hajar memanggil Nabi Ibrahim dengan kata-kata tersebut. Nabi Ibrahim tidak menoleh. Istrinya lalu bertanya: “Apakah Allah yang memerintahkanmu melakukan hal ini?” “Ya,” jawab Nabi Ibrahim.
Mendengar jawaban itu, Siti Hajar berkata, “Kalau begitu Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.” Ia kemudian kembali bersama putranya Ismail.
Nabi Ibrahim terus berjalan. Sampai di tempat yang bernama Tsaniah, ia menghadap ke arah Ka’bah (sekarang ini, dulu belum dibangun) kemudian berdoa seraya menengadahkan kedua tangannya dan memanjatkan doa.
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat.” (QS: Ibrahim 37).
Siti Hajar menyusui Nabi Ismail dan minum air yang ditinggalkan Nabi Ibrahim. Air itu habis, ia dan putranya merasa sangat haus dan dahaga. Nabi Ismail terus menangis. Tidak tega melihat putranya seperti itu, Siti Hajar pergi ke Bukit Safa.
Di bukit itu ia berdiri menghadap lembah, berharap melihat orang di sana. Ia kemudian turun dari Bukit Safa. Sampai di lembah, ia mengangkat ujung bajunya, kemudian berlari-lari seperti orang yang kelelahan sehingga sampai di bukit Marwa. Ia lalu melihat ke arah sekelilingnya, tapi tak seorang pun terlihat. Hal itu ia lakukan sampai tujuh kali.
Ibnu Abbas berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Itulah (asal mula) sai yang dilakukan sekarang antara Safa dan Marwah. Ketika Siti Hajar kembali ke Bukit Marwah, terdengarlah suara tanpa rupa, Siti Hajar berkata : “Berikanlah pertolongan kepadaku jika Engkau mempunyai kebaikan.”
Tiba-tiba, ia melihat Malaikat Jibril berada di tempat sumur zamzam (sekarang ini). Dalam hadis Sayyidina Ali ra yang diriwayatkan Imam Tobari dengan Sanad Hasan: “Malaikat Jibril memanggilnya, siapakah engkau?” Ia menjawab, “Aku adalah Hajar ibu Ismail.”
“Kepada siapa engkau berdua dipasrahkan?” “Kepada Allah.” Malaikat Jibril kemudian berkata: “Engkau berdua telah dipasrahkan pada Yang Maha Mencukupi.”
Malaikat Jibril lalu mencari-mencari (menggali) dengan tumitnya dalam riwayat dengan sayapnya sehingga tampaklah air. Dalam riwayat Bukhori disebutkan, terpancarlah air. Siti Hajar tercengang melihat pancaran air itu, lalu membuatnya seperti telaga.
Malaikat Jibril berkata: “Biarkanlah sesungguhnya air itu rowaaun (banyak dan mengenyangkan). Siti Hajar kemudian minum dari air itu, susunya menjadi mengalir banyak. Malaikat Jibril berkata kepadanya: “Jangan takut akan telantar, sesungguhnya di sinilah rumah Allah akan dibangun oleh anak ini dan ayahnya, sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba yang dekat dengan-Nya.”
Sekelompok orang-orang Jurhum dari Bani Qohton kemudian lewat. Mereka datang melewati jalan Kada’ (nama tempat) lalu singgah di lembah Makkah bagian bawah. Mereka melihat burung-burung terbang berputar-putar tidak meninggalkan tempat itu.
Mereka berkata: “Sungguh burung-burung itu berputar-putar di atas air, padahal kita tahu di lembah ini sebelumnya tidak terdapat air.” Mereka lalu mengutus seorang melihat ke tempat tersebut. Benar, di sana terdapat air. Mereka lalu datang ke tempat air itu dan melihat Siti Hajar berada di situ. Mereka berkata: “Apakah engkau mengizinkan kami tinggal di tempat ini?”
Siti Hajar menjawab: “Ya, tetapi kalian tidak berhak atas mata air ini (kecuali untuk kalian minum dan kebutuhan kalian saja). “Baiklah.” Lembah Makkah yang asalnya tidak terdapat air tidak berpenghuni sehingga Allah menampakkan air zamzam. Setelah itu, kabilah Jurhum yang berasal dari Yaman ikut tinggal di lembah tersebut sehingga semakin lama semakin bertambah ramai.
Manfaat
Dari segi keutamaannya, sebagian ulama telah mengumpulkan berbagai fadilah dan keutamaan zamzam. Antara lain adalah air surga (maa’ul-jannah). Artinya, air yang penuh berkah dan manfaat, seperti air surga.
Nikmat Allah, yakni salah satu nikmat Allah bagi para jemaah haji yang langsung bisa merasakan nikmatnya air di tengah-tengah padang pasir. Penuh berkah karena Rasulullah saw senang meminumnya dan tangannya yang penuh berkah pernah dicelupkan ke sumur zamzam. Air ini juga mengenyangkan serta menghilangkan dahaga.
Dapat juga digunakan sebagai air penyembuh penyakit, baik penyakit jiwa atau batin maupun penyakit jasmani. Rasulullah menyebutnya, “mengobati penyakit.” Banyak kisah dan riwayat tentang hal ini sebagai bukti kebenaran hadis tersebut. (tmt)