Jika Anda beruntung, tak perlu keluar Masjidilharam, Mekah, hanya untuk sarapan usai salat Subuh.
Seperti yang dialami beberapa jemaah umrah Tazkiyah Tour, Rabu (6/3/2019). Begitu selesai salat wajib dua rakaat dilanjut salat jenazah empat takbir, beberapa pria bercambang menghampar plastik panjang di atas karpet.
Hanya hitungan detik, segala yang bisa dimakan dan diminum tersaji. Ada tamis, roti dari gandum. Sausnya dua macam; yogurt dan salata mafrum khas Arab.
Ada pula kurma yang dijejal begitu saja. Juga teh panas.
“Sama sekali tak terbayang dapat sarapan di masjid. Alhamdulillah,” ujar Imam, salah satu jemaah Tazkiyah Tour.
Jemaah Tazkiyah lalu berbaur dengan jemaah lain dari negeri yang entah apa. Ada seorang lelaki tua yang mengaku asal Pakistan. Dia makan cukup banyak.
Menurut tour leader jemaah Tazkiyah Tour dan Sint Travel, Aguslam N Hampeng, makan bersama usai waktu salat sudah jadi tradisi di tanah haram.
“Dan kita tidak tahu siapa yang menyediakan makanan-makanan itu. Di sini dermawan tak perlu disebut namanya,” ucap lelaki Bugis yang menetap di Parigi Moutong itu.
Tetapi kita juga tidak tahu siapa yang kemudian bakal kebagian makanan. Sebab semua dibagi acak. Benar bahwa rezeki tak ke mana.
Tiga hari di Madinah dan kini hari ketiga juga di Mekah, rombongan Tazkiyah mulai “berani” makan di luar hotel.
Mereka berseliweran di gerai-gerai cepat saji yang memang ada di setiap sudut. Menjual masakan ala padang pasir semisal shawerma hingga yang universal seperti kentang goreng.
Aswan Multi Syam (jemaah asal Takalar) bersama tiga saudaranya juga sudah berburu ayam goreng Albaik, brand lokal yang diklaim melebihi kepopuleran KFC dan McD. (luzd)