Tim Media TazkiyahTour
Artikel Berita
PSM Makassar baru saja kalah 0-1 pada laga perdananya di babak penyisihan Piala Presiden, Rabu (6/3/2019) sore waktu Indonesia. Tetapi itu tidak cukup untuk menjadi alasan frustrasi.
Harapan masih ada. Perjuangan di kompetisi sesungguhnya, Liga 1, bahkan belum dimulai. Apalagi, ada banyak doa yang terus mengiringi gerak kaki para pemain.
Saat Rizki Pellu bermandi peluh di Stadion Moch Soebroto, Magelang, kemarin, ibunya Satika Ohorella, yang menjadi jemaah umrah Tazkiyah Tour sedang berjalan kaki menuju Masjidilharam, Mekah, Arab Saudi. Sebentar lagi azan Zuhur.
Kepada kru tazkiyahtour.co.id yang menemaninya melangkah di trotoar, Satika mengaku dititipi pesan oleh Pellu untuk didoakan di Baitullah.
"Untuk kelancaran kariernya. Juga agar PSM bisa juara," ucap perempuan kelahiran 16 Desember 1960 itu.
Walau tengah berada di luar negeri, dia tetap memantau anak bungsunya itu. "Pellu dipanggil timnas. Katanya mau ke Australia," tuturnya.
Selain Satika, dalam rombongan umrah Tazkiyah Tour grup 28 Februari-10 Maret 2019 ini ikut pula Bustaman Yusuf Ohorella dan Inam Ali Salasa. Mereka pasangan suami istri, mertua dari Hasyim Kipuw, bek kanan PSM.
Semuanya asal Tulehu, sebuah desa di Maluku. Desa yang dikenal sebagai kampung sepak bola. Banyak pemain nasional yang lahir dari sana, termasuk Pellu dan Kipuw.
Inam menuturkan, Kipuw juga minta didoakan bisa selalu sehat. Agar bisa mempersembahkan yang terbaik untuk PSM.
Kamis (7/3/2019), 77 jemaah Tazkiyah Tour dan Sint Travel (anak usaha Tazkiyah) akan menjalani umrah kedua. Saat laporan ini diturunkan, waktu Saudi menunjukkan pukul 07.32.
Bus sudah menunggu jemaah selesai sarapan. Siap mengantar ke beberapa tempat semisal Gua Tsur, Padang Arafah, Mina, Musdalifah. Kemudian ke Ji'rana untuk pengambilan miqat. (luzd)
Jika Anda beruntung, tak perlu keluar Masjidilharam, Mekah, hanya untuk sarapan usai salat Subuh.
Seperti yang dialami beberapa jemaah umrah Tazkiyah Tour, Rabu (6/3/2019). Begitu selesai salat wajib dua rakaat dilanjut salat jenazah empat takbir, beberapa pria bercambang menghampar plastik panjang di atas karpet.
Hanya hitungan detik, segala yang bisa dimakan dan diminum tersaji. Ada tamis, roti dari gandum. Sausnya dua macam; yogurt dan salata mafrum khas Arab.
Ada pula kurma yang dijejal begitu saja. Juga teh panas.
"Sama sekali tak terbayang dapat sarapan di masjid. Alhamdulillah," ujar Imam, salah satu jemaah Tazkiyah Tour.
Jemaah Tazkiyah lalu berbaur dengan jemaah lain dari negeri yang entah apa. Ada seorang lelaki tua yang mengaku asal Pakistan. Dia makan cukup banyak.
Menurut tour leader jemaah Tazkiyah Tour dan Sint Travel, Aguslam N Hampeng, makan bersama usai waktu salat sudah jadi tradisi di tanah haram.
"Dan kita tidak tahu siapa yang menyediakan makanan-makanan itu. Di sini dermawan tak perlu disebut namanya," ucap lelaki Bugis yang menetap di Parigi Moutong itu.
Tetapi kita juga tidak tahu siapa yang kemudian bakal kebagian makanan. Sebab semua dibagi acak. Benar bahwa rezeki tak ke mana.
Tiga hari di Madinah dan kini hari ketiga juga di Mekah, rombongan Tazkiyah mulai "berani" makan di luar hotel.
Mereka berseliweran di gerai-gerai cepat saji yang memang ada di setiap sudut. Menjual masakan ala padang pasir semisal shawerma hingga yang universal seperti kentang goreng.
Aswan Multi Syam (jemaah asal Takalar) bersama tiga saudaranya juga sudah berburu ayam goreng Albaik, brand lokal yang diklaim melebihi kepopuleran KFC dan McD. (luzd)
Adakah hal yang bisa membuat Anda menangis berkali-kali? Nurbaeti Lanti, jemaah umrah Tazkiyah Tour juga ada.
Meski sudah kali kedua berumrah, air matanya tetap deras saat melihat Kakbah, Senin (4/3/2019). Tangisnya bahkan sudah membahana ketika tawaf baru saja dimulai.
Sambil terus membaca doa, wanita asal Maros itu sesenggukan. "Alhamdulillah, alhamdulillah." Kalimat itu dia ulang-ulangi di depan Multazam.
Begitu selesai tawaf, Nurbaeti mengaku terharu karena Allah beri kemudahan untuk kembali ke tanah suci.
"Secara ekonomi tidak mungkin. Kami bisa ke sini semata-mata karena kuasa Allah," ucapnya di area sai.
"Semakin umrah semakin ingin datang lagi," tambah alumni Universitas Muhammadiyah Makassar itu.
Paccing Samaila, jemaah Tazkiyah Tour asal Nabire, Papua, yang baru pertama kali ke Baitullah juga tak bisa menahan air mata.
Ina Salasa, jemaah Tazkiyah Tour dari Tulehu, Maluku, bersyukur karena akhirya ditakdirkan untuk ke Mekah. Dalam usia yang tak muda lagi, dia bersemangat menyelesaikan seluruh tahapan umrah. Sang suami, Bustaman Ohorella, terus di sampingnya.
Tour Leader Tazkiyah Tour, Aguslam N Hampeng menuturkan, kenikmatan umrah memang sungguh besar.
"Bahkan ketika harus menjalani ujian-ujian di Nabawi maupun Masjidilharam, misalnya dalam perjuangan menggapai Raudah dan Hajar Aswad, jemaah malah tambah haru," tutur lepasan Al Azhar, Kairo, Mesir itu.
Maka tak heran, sambungnya, jika gelombang jemaah umrah dari Indonesia, termasuk yang dari pintu Makassar, kian besar.
Tujuh puluh tujuh jemaah Tazkiyah Tour dan Sint Travel (anak usaha Tazkiyah) baru saja tiba di Mekah setelah tiga hari tiga malam di Madinah.
Umrah pertama sudah diselesaikan. "Insyaallah umrah kedua hari Kamis," beber Burhanuddin Darwis, pembimbing jemaah.
Beberapa jemaah Subuh tadi waktu Saudi datang cepat ke Masjidilharam. Beberapa di antaranya juga berhasil menyentuh dan mencium Kakbah. Termasuk Nurbaeti dan Paccing.
Haru keduanya kian menjadi-jadi. Air mata membasahi kiswah. (luzd)
Bukan perkara gampang menginjakkan kaki di Raudah, sepetak taman surga di dalam Masjid Nabawi, Madinah. Apalagi bagi jemaah perempuan. Waktunya ditentukan, tidak seperti jemaah laki-laki.
Puluhan jemaah perempuan yang umrah bersama Tazkiyah Tour dan Sint Travel (anak usaha Tazkiyah) memulai perjuangan menembus Raudah, Sabtu malam (2/3/2019) pukul 20.45 waktu Saudi. Bersaing dengan ribuan jemaah lain yang juga ingin salat dan berdoa di antara makam dan mimbar Rasulullah saw itu.
Dan karena musim umrah sedang ramai-ramainya, antrean hebat tak terelakkan. Jemaah Tazkiyah mesti pelan-pelan merangkak maju. Duduk, mengaji, zikir, berdiri, duduk lagi di karpet merah.
Raudah, area yang cuma 22 x 15 meter itu memang memiliki karpet dengan warna berbeda. Hijau. Jadi sangat mudah untuk membedakan, tetapi amat sulit untuk menyentuh.
Beruntung jemaah diantar guide dengan pengalaman lebih. Hurriya, warga asal Indonesia yang sudah lama menetap di Madinah memandu dengan saksama.
Meski butuh waktu lebih dari empat jam baru bisa masuk ke Raudah, jemaah tetap gembira. "Terima kasih, Ibu Hurriya," ucap Aswad Multi Syam, jemaah asal Takalar.
"Masyaallah. Puas sekali," timpal Adhawanty Djamaluddin Lantara, jemaah lainnya.
Hurriya ini juga yang mengantar artis Luna Maya ke Raudah, dua hari sebelumnya. "Dia cuma berdua dengan asistennya," beber dia.
Luna diketahui berada di Madinah sejak Rabu (27/2/2019). Bintang film dan presenter itu aktif mengunggah kegiatannya selama berada di kota suci, di akun Instagram-nya.
Beberapa jemaah yang kebetulan bertemu dengan Luna di Madinah juga mengirim foto ke media sosial. Ada yang di pelataran Masjid Nabawi, lobi sebuah hotel, hingga di pinggir jalan.
Luna menjalani rangkaian ibadah umrah saat namanya ramai menjadi tagar di internet. Gara-gara sebuah pernikahan di Tokyo, Jepang.
Pendamping umrah jemaah Tazkiyah, Ahmad Dion berkelakar, tidak salah pilih guide. "Luna Maya saja pakai jasa Ibu Hurriya," ucapnya, sebelum menaiki kendaraan menuju Jeddah, Minggu malam (3/3/2019).
Senin (4/3/2019), 77 jemaah Tazkiyah Tour dan Sint Travel bertolak ke Mekah. "Insyaallah tiba sebelum Asar jadi kita bisa tawaf sore hari," tambah Aguslam N Hampeng, tour leader. (luzd)
Tidak banyak area lowong di tempat parkir Kebun Kurma Majed, Madinah, Sabtu (2/3/2019). Puluhan bus membawa ratusan jemaah umrah yang mengisi jeda ibadah untuk tamasya.
Rombongan jemaah Tazkiyah Tour dan Sint Travel (anak usaha Tazkiyah) tiba jelang pukul 10.00 waktu setempat. Swalayan di bagian depan sesak oleh mereka yang sedang memilih kurma, cokelat, hingga minyak zaitun. Juga mereka yang antre di depan meja kasir.
Petugas-petugas swalayan sibuk bukan main. Tetapi mereka tak kehilangan canda.
"Ayo, Indonesia. Coba kurmanya. Halal, halal," pekik salah seorang di antara mereka. Lelaki asli Arab.
"Coba sekilo, beli juga sekilo," timpalnya sambil menawarkan kurma ajwa. Orang-orang di depannya tertawa sambil terus mengunyah.
Memang sudah menjadi semacam kesepakatan tidak resmi di Kebun Kurma Majed, semua camilan, dari kurma sampai buah bidara sekalipun, boleh dimakan. Gratis.
Kata Ahmad Dion, pendamping jemaah Tazkiyah, yang dibayar hanya yang masuk kantongan plastik.
"Setelah coba dan merasa sreg, ya beli. Kalau tidak, coba yang lain lagi," tuturnya.
Djamaluddin Lantara Nappu, jemaah asal Takalar mengaku takjub dengan kebijakan pengelola kebun kurma.
"Akhirnya kan keberkahan yang terlihat. Pengunjung diberi kurma gratis, tetapi penjualan malah tambah bagus," ucapnya. "Intinya tidak akan kekurangan mereka yang berbagi," tambah Djamaluddin.
Pria humoris itu juga yakin, tidak ada yang mencoba hingga satu kilogram. "Tiga biji sudah kenyang." Djamaluddin terbahak.
Rombongan Tazkiyah dibawa berkeliling Madinah di hari keduanya di kota kebanggaan Nabi Muhammad saw itu. Pertama ke Masjid Quba, masjid pertama yang dibangun Rasulullah.
Menumpang bus Saptco, rombongan kemudian ke Jabal Uhud. Bukit yang dahulu juga sering diziarahi Nabi Muhammad. Tujuh puluh pasukannya gugur di situ. Termasuk paman kesayangannya, Hamzah.
Pada semua tempat yang dikunjungi tersebut, para jemaah selalu "digoda" oleh para pedagang oleh-oleh. Makanya banyak yang naik kembali ke bus dengan tangan kanan dan kiri memegang bungkusan.
Minggu (3/3/2019) waktu Saudi, rombongan kembali akan melakukan ziarah. Kali ini di kompleks Masjid Nabawi. Termasuk ke Makam Baqi dan Museum Alquran. (luzd)
Di pikiran sebagian orang Indonesia, termasuk yang dari Makassar, Arab Saudi itu panas.
Dan itu betul. Tetapi tidak selalu. Jangan lupa ini baru awal Maret. Negeri unta sedang cukup dingin. Kata Dr Burhanuddin, pembimbing jemaah umrah Tazkiyah Tour, sekarang musim peralihan. Puncak dingin menuju panas.
Anda yang hendak umrah dan merasa tak perlu membawa jaket, buka kembali koper Anda, sekarang juga. Masukkan pakaian yang agak tebal. Di Madinah, suhu saat orang-orang melaksanakan salat Subuh ada di kisaran 12 derajat celcius. Belum lagi tekanan angin.
"Serasa langsung ke tulang," ujar Djamaluddin, jemaah Tazkiyah Tour yang tiba di Kota Madinah, Jumat dini hari waktu setempat.
Beberapa rekan serombongan Djamaluddin tak membawa jaket. Gigi gemertuk. Tangan bingung mendekap bagian tubuh yang mana karena seluruh sendi mengirim gigil yang sama.
Bahkan ketika salat Jumat, di atas pukul 12 siang, sangat banyak orang masih mengenakan jaket. Padahal sinar matahari tetap terang.
"Kalau salat di bagian luar Masjid Nabawi sangat terasa dinginnya. Lebih baik datang cepat supaya dapat tempat di dalam," tutur Ahmad, jemaah lainnya dari Tazkiyah Tour.
Sabtu (2/3/2019), rombongan jemaah Tazkiyah Tour dan Sint Travel (anak usaha Tazkiyah) akan kembali menjalani serangkaian ziarah. Masjid Ijabah, Masjid Quba, kebun kurma, Gunung Uhud, hingga Khandaq masuk daftar yang akan dikunjungi.
Beberapa di antaranya sudah mengantisipasi dengan membeli jaket di toko-toko seputaran Nabawi.
"Saya beli seharga 62 Riyal. Biar tidak masuk angin," kata Imam, jemaah lainnya. (luzd)