MEKAH – Kawanan burung merpati adalah satu dari sekian kekhasan dua kota Haramain; Mekah dan Madinah. Merpati yang terbang rendah atau yang sedang mematuk biji-bijian di aspal adalah teman perjalanan bagi jemaah yang menuju dan dari masjid.
Anda yang sudah pernah ke tanah suci mungkin pernah berinteraksi dengan merpati-merpati itu. Memberi makan misalnya. Atau barangkali malah berfoto di antara merpati yang jumlahnya bisa mencapai ratusan ekor itu.
Jemaah-jemaah yang pernah umrah bersama Tazkiyah Tour pun ada yang mengabadikan kebersamaannya dengan merpati. Diunggah ke media sosial sebagai upaya menyimpan kenangan.
Dilansir dari Dream, burung merpati di Mekah maupun Madinah tidak mempunyai keistimewaan khusus. Tetapi dibanding merpati-merpati di Eropa, ada bedanya. Bulunya lebih unik. Dihiasi dua garis melintang mirip pangkat seorang perwira tentara.
Diriwayatkan, merpati Mekah ada kaitannya dengan sejarah hijrah Nabi Muhammad saw. Saat itu Rasulullah bersama Abubakar ash Shiddiq dikejar kaum Quraisy. Mereka lalu bersembunyi di Gua Hira. Tiba-tiba di pintu gua bersarang laba-laba dan pada saat yang sama ada burung merpati sedang bertelur. Melihat itu, pasukan Quraisy memastikan tidak mungkin sesorang bisa bersembunyi di dalam gua. Loloslah Rasulullah dan Abubakar.
Beberapa penulis sejarah Arab menduga bahwa merpati yang berada di sekitar Baitullah, Mekkah dan Madinah adalah keturunan sepasang merpati yang dulu pernah membangun sarangnya di depan gua tempat Rasulullah dan Abubakar bersembunyi.
Makanya, saat berada di tanah suci Mekah, kita dilarang untuk menangkap apalagi berburu burung merpati tersebut, baik dalam situasi ihram maupun tidak. Baru boleh setelah berada di luar kota Mekah, itu pun hanya berlaku bagi mereka yang tak sedang sedang ihram.
Lagipula, lebih baik kita memberi makan burung-burung itu ketimbang menangkapinya, kan? (fit-sur)