MAKASSAR – Dalam suatu grup umrah, jemaah selalu datang dari daerah dan latar belakang berbeda. Termasuk pada grup umrah Tazkiyah Tour, 28 Februari-10 Maret 2019.
Ada jemaah dari Makassar, Unaha, Palu, Parigi Moutong, Maros, bahkan Serui-Papua.
Hari pertama di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin belum saling kenal. Tiba di Jeddah pun baru sebatas tahu muka.
Tetapi begitu menjalani rangkaian ibadah di Masjid Nabawi, Madinah, kemudian di Masjidilharam, Mekah, kekeluargaan langsung terbangun.
Jemaah saling bantu dalam banyak hal. Saling menopang dalam perjuangan menembus Raudah. Saling jaga ketika tawaf. Menolong jemaah lain membawa kantongan belanjaan di Jaafariah. Hingga bergantian membantu memencetkan kamera ponsel.
Makanya begitu jadwal pulang sudah dekat, pertautan itu semakin kuat. Dalam sesi foto di Masjid Jin, Mekah, bahkan ada jemaah yang mengaku ingin besanan. Setengah bercanda tetapi menurut Aguslam N Hampeng, tour leader, hal itu mungkin terjadi.
“Makanya fotonya jangan dihapus. Nanti ada yang benar-benar menjadi besan, ini akan jadi kenangan indah,” ujarnya, lalu tertawa.
Kekeluargaan antarjemaah dan juga manajemen Tazkiyah Tour pun terjalin baik, bahkan setelah sudah di kampung masing-masing.
Mereka yang sama-sama di Palu kompak datang ke acara nikahan keluarga salah seorang jemaah. Juga ke acara syukuran yang dihelat jemaah lainnya.
Saat salah seorang jemaah di Takalar, St Aisyah Karim Daeng Utta berpulang, keluarga besar Tazkiyah Tour turut hadir dalam acara takziah. Jemaah lain mengirim doa dan rasa duka mendalam. (luzd)