Tidak banyak area lowong di tempat parkir Kebun Kurma Majed, Madinah, Sabtu (2/3/2019). Puluhan bus membawa ratusan jemaah umrah yang mengisi jeda ibadah untuk tamasya.
Rombongan jemaah Tazkiyah Tour dan Sint Travel (anak usaha Tazkiyah) tiba jelang pukul 10.00 waktu setempat. Swalayan di bagian depan sesak oleh mereka yang sedang memilih kurma, cokelat, hingga minyak zaitun. Juga mereka yang antre di depan meja kasir.
Petugas-petugas swalayan sibuk bukan main. Tetapi mereka tak kehilangan canda.
"Ayo, Indonesia. Coba kurmanya. Halal, halal," pekik salah seorang di antara mereka. Lelaki asli Arab.
"Coba sekilo, beli juga sekilo," timpalnya sambil menawarkan kurma ajwa. Orang-orang di depannya tertawa sambil terus mengunyah.
Memang sudah menjadi semacam kesepakatan tidak resmi di Kebun Kurma Majed, semua camilan, dari kurma sampai buah bidara sekalipun, boleh dimakan. Gratis.
Kata Ahmad Dion, pendamping jemaah Tazkiyah, yang dibayar hanya yang masuk kantongan plastik.
"Setelah coba dan merasa sreg, ya beli. Kalau tidak, coba yang lain lagi," tuturnya.
Djamaluddin Lantara Nappu, jemaah asal Takalar mengaku takjub dengan kebijakan pengelola kebun kurma.
"Akhirnya kan keberkahan yang terlihat. Pengunjung diberi kurma gratis, tetapi penjualan malah tambah bagus," ucapnya. "Intinya tidak akan kekurangan mereka yang berbagi," tambah Djamaluddin.
Pria humoris itu juga yakin, tidak ada yang mencoba hingga satu kilogram. "Tiga biji sudah kenyang." Djamaluddin terbahak.
Rombongan Tazkiyah dibawa berkeliling Madinah di hari keduanya di kota kebanggaan Nabi Muhammad saw itu. Pertama ke Masjid Quba, masjid pertama yang dibangun Rasulullah.
Menumpang bus Saptco, rombongan kemudian ke Jabal Uhud. Bukit yang dahulu juga sering diziarahi Nabi Muhammad. Tujuh puluh pasukannya gugur di situ. Termasuk paman kesayangannya, Hamzah.
Pada semua tempat yang dikunjungi tersebut, para jemaah selalu "digoda" oleh para pedagang oleh-oleh. Makanya banyak yang naik kembali ke bus dengan tangan kanan dan kiri memegang bungkusan.
Minggu (3/3/2019) waktu Saudi, rombongan kembali akan melakukan ziarah. Kali ini di kompleks Masjid Nabawi. Termasuk ke Makam Baqi dan Museum Alquran. (luzd)
Di pikiran sebagian orang Indonesia, termasuk yang dari Makassar, Arab Saudi itu panas.
Dan itu betul. Tetapi tidak selalu. Jangan lupa ini baru awal Maret. Negeri unta sedang cukup dingin. Kata Dr Burhanuddin, pembimbing jemaah umrah Tazkiyah Tour, sekarang musim peralihan. Puncak dingin menuju panas.
Anda yang hendak umrah dan merasa tak perlu membawa jaket, buka kembali koper Anda, sekarang juga. Masukkan pakaian yang agak tebal. Di Madinah, suhu saat orang-orang melaksanakan salat Subuh ada di kisaran 12 derajat celcius. Belum lagi tekanan angin.
"Serasa langsung ke tulang," ujar Djamaluddin, jemaah Tazkiyah Tour yang tiba di Kota Madinah, Jumat dini hari waktu setempat.
Beberapa rekan serombongan Djamaluddin tak membawa jaket. Gigi gemertuk. Tangan bingung mendekap bagian tubuh yang mana karena seluruh sendi mengirim gigil yang sama.
Bahkan ketika salat Jumat, di atas pukul 12 siang, sangat banyak orang masih mengenakan jaket. Padahal sinar matahari tetap terang.
"Kalau salat di bagian luar Masjid Nabawi sangat terasa dinginnya. Lebih baik datang cepat supaya dapat tempat di dalam," tutur Ahmad, jemaah lainnya dari Tazkiyah Tour.
Sabtu (2/3/2019), rombongan jemaah Tazkiyah Tour dan Sint Travel (anak usaha Tazkiyah) akan kembali menjalani serangkaian ziarah. Masjid Ijabah, Masjid Quba, kebun kurma, Gunung Uhud, hingga Khandaq masuk daftar yang akan dikunjungi.
Beberapa di antaranya sudah mengantisipasi dengan membeli jaket di toko-toko seputaran Nabawi.
"Saya beli seharga 62 Riyal. Biar tidak masuk angin," kata Imam, jemaah lainnya. (luzd)
Tujuh puluh tujuh jemaah umrah Tazkiyah Tour dan Sint Travel (anak usaha Tazkiyah) menempuh tur panjang, Kamis (28/2/2019) hingga Jumat (1/3/2019).
Tetapi karena umrah adalah perjalanan yang dirindukan, nyaris tak ada yang mengeluh. Apalagi, para jemaah justru mendapat pengalaman-pengalaman baru.
Fuad Mari Muhammad, anak muda yang umrah bersama ayah dan dua kakaknya mengaku baru mendapati perjalanan yang mengharuskan salat di pesawat.
Berangkat dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar di Maros, Kamis pukul 12.18, rombongan mesti berada dua setengah jam di kabin SilkAir. Maka Zuhur dan Asar pun harus tertunaikan sebelum mendarat di Changi International Airport di Singapura.
"Begitu ternyata kalau musafir," ucap Fuad, mahasiswa semester 6 STMIK Dipanegara itu.
Magrib dan Isya pun begitu. Rombongan melakukannya di seat masing-masing, di dalam Boeing 787 milik maskapai Scoot. Wudu diganti tayamum.
Pengalaman tak terlupakan juga muncul dari boks-boks makanan.
Saat naik SilkAir, menunya nasi ayam dengan bumbu sangat Melayu. Lalu jus dan teh dan kopi. Di Scoot, nasi kuning kunyit. Kemudian coffee break dua kali.
Fuad merasa cocok dengan aroma rempah pada makanan yang disajikan dua anak grup Singapore Airlines itu. "Mau tambah rasanya," tuturnya.
Tetapi Nurnajmi Daeng Mappoji lain lagi. Perempuan Bugis yang kini menetap di Unaha, Sultra itu hanya makan beberapa sendok.
"Kalau lidah saya cukup bisa menerima. Apalagi dibantu dengan teh panas," timpal Paccing, jemaah asal Nabire, Papua.
Setelah 10 jam satu menit di udara, pesawat mendarat di Bandara Internasional King Abdul Azis di Jeddah. Perjalanan ke Madinah ditempuh dengan jalur darat. Memakai bus Saptco.
Dan salat kali ini sudah tidak di kendaraan. Melainkan di Masjid Nabawi. Rombongan tiba bersamaan dengan azan Subuh. (luzd)
PERINTAH syukur tidak diarahkan dalam satu kondisi saja. Dalam senang maupun susah. Suka maupun duka.
Itu juga yang dipraktikkan Hadra Zainuddin Ali. Warga Kabupaten Barru itu mengucap alhamdulillah bertubi-tubi karena mampu menyelesaikan rangkaian ibadah umrah 14-24 Februari. Ucapan yang dia ulang-ulang karena bisa tiba dengan selamat di Makassar, meski dalam keadaan tidak begitu sehat.
Hadra tak langsung pulang ke Barru. Dia menjalani pemulihan di RS Grestelina, Makassar. Asam lambungnya naik.
Hadra pun tak perlu pusing soal biaya. Karena umrah bersama Tazkiyah Tour, wanita kelahiran 21 Desember 1961 itu, berada dalam lindungan dua jenis asuransi. Jiwa dan perjalanan.
Perawatan Hadra di Grestelina dalam tanggungan Chubb Syariah, salah satu perusahaan asuransi yang menjadi mitra Tazkiyah Tour.
Kepada kru tazkiyahtour.co.id dan manajemen Chubb Syariah yang menjenguknya, Selasa (26/2/2019), Hadra berterima kasih lantaran mendapat perhatian ekstra.
"Sebenarnya saya mau dirawat di Singapura. Tetapi saya meminta di Makassar saja. Biar dekat rumah," ucapnya.
Hadra berkisah, selama di tanah suci, dia menjalani ibadah dengan khusyuk. Namun, dia kurang mengimbangi dengan asupan makanan. "Saya malas makan. Harusnya kan tidak boleh begitu karena umrah membutuhkan tenaga besar," tambahnya.
Meski begitu, dia mengaku bahagia karena rangkaian umrah bisa dia lalui. Hadra sisa memulihkan tenaga sebelum pulang ke Barru, kumpul lagi bersama keluarga. Tidak banyak hal yang mesti membebani pikirannya.
"Kami turut iba dengan kondisi kesehatan Bu Hadra. Pihak Chubb berkomitmen memberikan santunan sesuai dengan detail yang tertuang di asuransi serta rekam medis pasien," tutur Ratri Sryandari, Marketing Office Coordinator Chubb Syariah Makassar.
Semua jemaah Tazkiyah Tour memang semakin dilengkapi asuransinya. Masing-masing asuransi perjalanan dan asuransi jiwa. Semua tertera jelas di lembaran akad yang diteken jemaah dan perusahaan travel yang sudah memasuki tahun ke-18 beroperasinya itu.
Asuransi perjalanan misalnya, mencakup banyak item. Mulai dari perlindungan kecelakaan diri, biaya medis darurat, evakuasi medis darurat, dan lainnya.
"Bahkan untuk keperluan yang mengharuskan keluarga jemaah diterbangkan ke Arab Saudi, juga ditanggung," ujar Ahmad Yani Fachruddin, Presiden Direktur Tazkiyah Tour.
Asuransi perjalanan juga meliputi ganti rugi kehilangan uang hingga keterlambatan bagasi.
Sedangkan asuransi jiwa menjamin klaim meninggal karena sebab apapun. Misalnya sakit atau kecelakaan. Asuransi ini berlaku sebulan, bahkan hingga jemaah pulang kembali ke tanah air.
Ahmad Yani menjelaskan, umrah itu sebuah perjalanan yang cukup panjang. Juga terkait banyak layanan. Makanya perlu mitigasi risiko. Setidaknya menjadi subtitusi jika ada item yang tidak berjalan sesuai rencana.
"Intinya kenyamanan jemaah," ucapnya. (fitri)
SEMPAT muncul kekhawatiran di diri Angriany. Rencana umrah dengan membawa empat orang anak yang masih kecil-kecil membuat pikirannya terus menerawang.
Tetapi sesaat sebelum berangkat, 31 Januari 2019, Angriany menguatkan tekad dan niatnya. Dia yakin bila memasrahkan segalanya kepada Allah, semua akan baik-baik saja. Bismillah, pesawat SilkAir menerbangkan mereka ke Singapura siang itu, kemudian lanjut ke Jeddah usai transit dan rihat sejenak di Changi.
Afeef, Afreen, dan Affan, tiga anak Anggriany tidaklah menuntut perhatian ekstra. Apalagi sang suami, Abdul Razak, juga ikut.
Fokus Angriany mengarah ke Aafiyah Nafiza Zakinah. Si bungsu yang usianya baru 1 tahun 8 bulan.
Aafiyah nyaris tak pernah lepas dari pelukan sang ibu. Termasuk saat mulai melakoni prosesi umrah di Masjidilharam, Mekah. Angriany melindungi putri mungilnya dengan gendongan ala kanguru. Ditaruh di depan.
"Supaya bisa tetap leluasa bernapas. Apalagi saat itu, di sekeliling kami rata-rata orang tinggi besar," kenang Angriany kepada kru tazkiyahtour.co.id, Selasa (12/2/2019).
Mereka tawaf ketika seputaran Kakbah sedang padat-padatnya. Angriany bertalbiah sambil terus memastikan Aafiyah tak terdorong siapapun. "Alhamdulillah, dua kali tawaf selama di tanah suci, semua lancar. Sepertinya memang seperti itu kalau kita perbagus niat," ucap wanita 39 tahun itu.
Saat salat di depan kubus suci itu pun, Aafiyah tetap tak mau lepas dari gendongan. Dia ikut dalam rukuk hingga sujud sang bunda. Saat ziarah ke Jabal Rahmah yang mendaki sekalipun, Aafiyah juga ikut. Beberapa orang sempat menawarkan diri untuk menggendong Aafiyah, namun sang bayi ogah. Dia hanya ingin rebah di dekapan ibunya.
Bukannya merasa repot, Angriany malah merasa mendapatkan karunia luar biasa. Dia tetap bisa menjalankan ibadah umrah tanpa harus meninggalkan Aafiyah di tanah air. Aafiyah sangat jarang menangis selama 11 hari rangkaian perjalanan. Menggemaskan dan tidak rewel.
Keraguan Angriany membawa anak-anak pun sirna seketika. Dia berharap bisa mengulangi lagi momen-momen indah itu, meski tentu saja Aafiyah akan semakin bertumbuh.
Angriany mengajak suami serta empat anaknya umrah bersama PT Tazkiyah Global Mandiri (Tazkiyah Tour) karena keluarga besarnya memang sudah berkali-kali berangkat dengan travel yang sama.
"Kini semakin mantap (bersama Tazkiyah Tour) setelah pengalaman istimewa ini," tambah Angriany.
Managing Director Tazkiyah Tour, Adnan Syahruddin menuturkan, Tazkiyah Tour memang identik dengan umrah family. Jemaah berangkat beramai-ramai dengan sanak saudara.
"Makanya pelayanan kami juga kita buat se-family mungkin. Kita ingin umrah benar-benar menyenangkan," tuturnya.
Salah satu misi Tazkiyah Tour adalah menghadirkan pengalaman tak terlupakan bagi jemaah. Perjalanan suci mesti dikawal dengan pelayanan berstandar tinggi. Berkualitas. Bergaransi pula.
Sebab di masa depan, kenangan manislah yang akan sangat dibutuhkan. (luzd)
JAKARTA - Minat masyarakat Indonesia untuk berumrah semakin besar. Data Kemenag, jemaah umrah 1440 H saja misalnya, dalam rentang September 2018 sampai Januari 2019, mencapai 508.180 jemaah. Tiga tahun sebelumnya, jumlahnya tidak pernah kurang dari 500 ribu.
Pemerintah pun merasa harus semakin maksimal melakukan pengawasan. Gelombang orang yang begitu besar mesti diurus hanya oleh mereka yang berkompeten.
Akhir pekan lalu, sembilan pimpinan kementerian dan lembaga negara menyepakati nota kesepahaman atau MoU tentang Pencegahan, Pengawasan, dan Penanganan Permasalahan Penyelenggaraan Ibadah Umrah. Ini dilakukan untuk memberi jaminan perlindungan bagi masyarakat yang melaksanakan ibadah umrah.
Nota Kesepahaman ini ditandatangani pimpinan Kementerian Agama, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pariwisata, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Polri, PPATK, dan Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
"Terima kasih yang sebesarnya-besarnya kepada seluruh kementerian lembaga yang telah bersedia menandatangai nota kesepahaman ini. Ini hakikatnya adalah bukti sekaligus peneguhan penegasan bagi semua kalangan bahwa negara, pemerintah serius menangani penyelenggaraan ibadah umrah," kata Lukman Syaifuddin, Menteri Agama RI, seperti dilansir Detik.
Lukman menjelaskan, ini babak baru pembinaan penyelenggaraan umrah. Tujuannya sebagai pedoman sinergi bagi para pihak dalam rangka pencegahan, pengawasan, pelindungan, dan penanganan permasalahan penyelenggaraan ibadah umrah.
Kini, para pihak dalam MoU tersebut bisa melakukan pertukaran data dan atau informasi di bidang pencegahan, pengawasan, pelindungan, dan penanganan permasalahan penyelenggaraan ibadah umrah. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
"Umrah ini begitu kompleks, kami merasa kami tidak bisa sendiri bagaimana memberikan perlindungan kepada jamaah umrah kita. Itulah mangapa kami merasa memerlukan bantuan dari sejumlah kementerian dan lembaga yang ada," ujar Lukman.
Nanti juga akan dibentuk satuan tugas (satgas) khusus.
Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Arfi Hatim menambahkan bahwa Nota Kesepahaman ini menjadi upaya lanjutan dalam penataan penyelenggaraan umrah. Secara teknik, pihaknya akan segera melakukan koordinasi dengan para pejabat di level teknis untuk menyusun format kerja sama.
Kemenag sebelumnya juga sudah membuat pemetaan/mitigasi dan memantau PPIU (Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah). PPIU juga sudah mulai diaudit, sebab sudah ada standarisasi. (fitri)