Hi, How Can We Help You?
  • Makassar 90231, Sulawesi Selatan, Indonesia
  • Email: tazkiyahmandiri@gmail.com

Blog

Juli 4, 2024

Dalam ibadah haji, Tawaf Qudum menjadi salah satu ritual penting yang dilakukan oleh jemaah begitu mereka tiba di Makkah Al Mukarramah.

Ritual ini bukan hanya sekadar tindakan fisik melingkari Ka’bah, tetapi juga mengandung nilai-nilai spiritual yang dalam bagi umat Islam.

Artikel ini akan menguraikan secara mendalam mengenai pengertian, syarat, tata cara pelaksanaan, dan makna spiritual dari Tawaf Qudum.

Apa Itu Tawaf Qudum

Tawaf Qudum adalah salah satu jenis tawaf yang dilakukan oleh jemaah haji pada hari pertama mereka tiba di Makkah. Tawaf ini dianjurkan sebagai bentuk penghormatan awal kepada Baitullah.

tawaf qudum
Source image: canva.com

Meskipun tidak termasuk dalam rukun haji yang wajib, Tawaf Qudum dianggap sebagai ibadah sunnah yang sangat dianjurkan.

Dalam melakukan Tawaf Qudum, jemaah melingkari Ka’bah sebanyak tujuh kali, dimulai dari Hajar Aswad dan kembali ke titik yang sama.

Pentingnya Tawaf dalam Ibadah Haji

Tawaf, termasuk Tawaf Qudum, memiliki posisi penting dalam ibadah haji. Rukun haji terdiri dari beberapa perkara yang harus dilakukan oleh jemaah agar hajinya sah.

Tawaf termasuk dalam salah satu rukun haji yang harus dilakukan oleh jemaah jika mampu. Rukun haji ini terdiri dari Ihram, Tawaf Ifadah, Sai antara Shafa dan Marwa, serta wukuf di Arafah.

Jika salah satu dari rukun ini tidak dilakukan, maka haji seseorang dianggap batal.

Menurut Syekh Abdurrahman Al Jaziri dalam kitab “Al-Fiqhu ala al-Mazahib al-Arba’ah” (jilid I, Beirut: dar Kutub al-Alamiyah, 2003), Tawaf adalah salah satu rukun haji yang tidak bisa ditinggalkan.

Syarat & Tata Cara Tawaf Qudum

Sebelum melaksanakan Tawaf Qudum, jemaah haji harus memenuhi beberapa syarat yang telah ditetapkan. Syarat-syarat ini antara lain:

tata cara tawaf qudum
Source image: canva.com
  1. Bersuci: Sebelum melakukan tawaf, jemaah harus dalam keadaan suci dari hadats kecil dan besar. Hal ini berarti mereka harus mandi atau melakukan wudhu’ secara sempurna.
  2. Memulai dari Hajar Aswad: Tawaf Qudum harus dimulai dari Hajar Aswad. Hajar Aswad adalah batu hitam yang terletak di salah satu sudut Ka’bah. Jemaah harus memulai putaran pertama dari sini dan kembali ke titik yang sama setelah tujuh putaran.
  3. Melakukan 7 Putaran: Tawaf Qudum harus dilakukan sebanyak tujuh kali. Setiap putaran dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir kembali di Hajar Aswad. Jemaah disarankan untuk menghitung dengan teliti setiap putaran agar tidak terjadi kesalahan.
  4. Fokus pada Kebesaran Allah: Saat melakukan tawaf, jemaah haji harus fokus pada kebesaran Allah SWT. Ini adalah waktu untuk mengingat dan memperbanyak dzikir serta doa kepada-Nya.

Tata cara pelaksanaan Tawaf Qudum sebenarnya mirip dengan tata cara tawaf lainnya, namun ada beberapa perbedaan yang harus diperhatikan:

  • Al-idhthiba’: Jemaah laki-laki harus mengenakan pakaian ihram dengan cara membuka bahu kanan dan menutup bahu kiri. Sedangkan untuk jemaah perempuan, mereka harus menutup seluruh tubuh sesuai dengan tata cara ihram yang ditentukan.
  • Ar-ramlu: Pada tiga putaran awal, jemaah laki-laki disunahkan untuk melakukan lari-lari kecil atau diiringi gerakan cepat yang disebut Ar-ramlu. Ini adalah salah satu dari tata cara yang harus dilakukan oleh jemaah haji.
  • Doa-doa: Setelah memulai dari Hajar Aswad, jemaah haji disarankan untuk membaca berbagai doa dan dzikir yang dianjurkan selama melakukan tawaf. Salah satu doa yang sangat dianjurkan adalah:

“Bismillāhi wallāhu akbar. Allāhumma imānan bika, wa tashdīqan bi kitābika, wa wafā’an bi ‘ahdika, wa ittibā’an li sunnati nabiyyika Muhammadin shallallāhu ‘alayhi wa sallam.”

Artinya: “Dengan nama Allah, Allah maha besar. Ya Allah, (aku bertawaf) karena keimanan kepada-Mu, kepercayaan terhadap kitab suci-Mu, pemenuhan terhadap janji-Mu, dan kepatuhan terhadap sunnah nabi-Mu Muhammad saw.”

Makna Tawaf Qudum

Tawaf Qudum bukan hanya sekadar ritual fisik, tetapi juga memiliki makna spiritual yang dalam bagi umat Islam.

Melalui tawaf, jemaah haji mengingat dan menghayati kebesaran Allah SWT serta memperkuat ikatan spiritual mereka dengan-Nya.

pengertian tawaf qudum
Source image: canva.com

Proses tawaf yang penuh dengan doa, dzikir, dan penghormatan merupakan waktu yang sangat berharga untuk merefleksikan makna hidup dan eksistensi manusia di hadapan Sang Pencipta.

Penutup

Dengan demikian, Tawaf Qudum adalah salah satu ritual ibadah haji yang memiliki makna, syarat, tata cara, dan makna spiritual yang mendalam bagi umat Islam.

Melalui pemahaman yang mendalam terhadap ritual ini, diharapkan jemaah haji dapat melaksanakannya dengan penuh kekhusyukan dan mendapatkan berkah serta keberkahan dari Allah SWT.

Semoga artikel ini bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman kita semua tentang Tawaf Qudum dalam konteks ibadah haji.

Juli 3, 2024

Menjenguk orang sakit adalah salah satu amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Ketika seseorang sakit, mereka tidak hanya membutuhkan perawatan medis, tetapi juga dukungan emosional dari keluarga, teman, dan saudara.

Menjenguk orang sakit bukan hanya sebuah bentuk empati, tetapi juga merupakan kewajiban yang memiliki banyak keutamaan.

Keutamaan Menjenguk Orang Sakit

menjenguk orang sakit
Source Image: canva.com

1. Diseru Penduduk Langit

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang menjenguk orang sakit, maka penyeru dari langit mengatakan, ‘Kamu telah berbuat baik. Langkah kakimu juga baik. Kamu telah menempati satu tempat di surga.’” (H.R. Ibnu Majah).

2. Mendapat Tempat Istimewa di Surga

Nabi Saw. bersabda, “Jika seorang muslim menjenguk saudaranya sesama muslim, ia akan selalu berada di tengah khurfah surga hingga ia pulang.” Ketika ditanya, “Ya Rasulullah, apakah khurfah surga itu?” Beliau menjawab, “Buah-buahannya.” (H.R. Tsauban).

3. Didoakan Malaikat

Ali ra. berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, ‘Tiada seorang muslim yang menjenguk muslim lainnya di waktu pagi, kecuali 70 ribu malaikat berdoa untuknya hingga sore. Dan jika ia menjenguknya di waktu sore, maka 70 ribu malaikat berdoa untuknya hingga pagi. Dan di surga, ia mendapatkan buah-buahan yang telah dipetik.” (H.R. Tirmidzi). Hadits ini hasan.

Etika Menjenguk Orang Sakit

etika menjenguk orang sakit
Source image: canva.com

Sebagai seorang muslim yang baik, tentunya kita harus menjenguk saudara, keluarga, atau teman-teman kita yang sedang diuji sakit. Berikut adalah beberapa etika yang perlu diperhatikan saat menjenguk orang sakit:

1. Memberikan Salam dan Doa

Rasulullah SAW mengajarkan untuk memberikan salam dan doa saat menjenguk orang sakit. Doa yang bisa dibaca adalah:

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبْ الْبَاسَ اشْفِهِ وَأَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا

(Allahumma rabban naasi adzhibil ba’sa isyfihi wa antasy syaafi la syifaa-a illaa syifaa-uka syifaa-an la yughaadiru saqama)

“Ya Allah, Dzat yang dipertuhankan manusia, hilangkanlah rasa sakit dan anugerahkanlah kesembuhan padanya (yang sedang sakit), karena Engkau adalah Dzat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, yaitu kesembuhan yang tidak menyisakan rasa sakit.” (HR Bukhari dan Muslim)

2. Menghibur dan Memberi Semangat

Kehadiran kita sebaiknya memberikan rasa nyaman dan semangat bagi yang sakit. Ucapan yang penuh kasih sayang dan doa kesembuhan bisa membantu meringankan beban psikologis mereka.

Hikmah Menjenguk Orang Sakit

Allah Swt. memberikan sakit kepada manusia tak lain untuk menguji umat manusia. Apakah dengan sakitnya itu ia akan bersabar?

Apakah dengan sakitnya itu ia akan semakin bertakwa kepada Allah? Atau malah sebaliknya, dengan diberikannya sakit malah kian menjauh dari tuntunan-Nya?

hikmah menjenguk orang sakit
Source Image: canva.com

Sesungguhnya, Allah Swt. akan memberikan hadiah yang indah bagi orang-orang yang mau bersabar (misalnya ketika sakit), “Mereka itulah orang yang dibalas dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya.” (Q.S. Al-Furqan: 75).

Kesimpulan

Menjenguk orang sakit bukan hanya sebuah tindakan sosial, tetapi juga sebuah ibadah yang memiliki banyak keutamaan dan hikmah.

Dengan menjenguk orang sakit, kita tidak hanya mendapatkan pahala dari Allah Swt., tetapi juga bisa memberikan dukungan emosional yang sangat dibutuhkan oleh mereka yang sedang diuji sakit.

Mari kita jaga hubungan silaturahim dan terus berbuat kebaikan, salah satunya dengan menjenguk saudara, teman, atau keluarga yang sedang sakit.

Semoga Allah Swt. memberikan kesembuhan kepada mereka yang sakit dan memberikan kita kekuatan untuk selalu membantu sesama. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamin.

Juli 3, 2024

Naik haji bagi yang mampu adalah istilah yang seringkali kita dengarkan sejak kecil. Haji sendiri merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilakukan oleh setiap Muslim yang mampu sekali seumur hidup.

Pelaksanaan ibadah ini memerlukan kemampuan, baik fisik maupun finansial, sebagaimana yang ditegaskan dalam Al-Qur’an dan Hadis.

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang konsep “naik haji bagi yang mampu.

Naik Haji Bagi yang Mampu

Ibadah haji adalah penyempurna rukun Islam. Allah SWT berfirman dalam QS Ali Imran 97:

فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًاۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًاۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

“Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) Maqam Ibrahim. Siapa yang memasukinya (Baitullah), maka amanlah dia. (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam.”

haji bagi yang mampu
Source Image: canva.com

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menjadi syarat utama dalam pelaksanaan haji. Rasulullah SAW juga bersabda:

“Islam itu didirikan atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya, mendirikan sholat, menunaikan zakat, puasa pada bulan Ramadan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah bagi yang mampu melakukannya.” (HR. Muttafaq ‘alaih)

Pengertian Naik Haji bagi yang Mampu

Kemampuan atau istitha’ah dalam menjalankan ibadah haji mencakup dua aspek utama: fisik dan finansial. Kemampuan fisik berarti seseorang harus sehat dan kuat untuk menjalani rangkaian ibadah haji yang penuh tantangan.

Sementara itu, kemampuan finansial berarti memiliki dana yang cukup untuk menutupi semua biaya perjalanan, termasuk transportasi, akomodasi, makan, dan kebutuhan lainnya.

Di Indonesia, biaya perjalanan haji diatur melalui sistem ONH (Ongkos Naik Haji), yang memastikan bahwa calon jamaah memiliki dana yang memadai untuk perjalanan ini.

Kriteria Mampu Dalam Haji

naik haji bila mampu
Source Image: facebook.com

Para ulama telah menetapkan beberapa kriteria kemampuan dalam melaksanakan haji. Menurut Syekh Abdullah bin Husain Thohir bin Muhammad bin Hasyim Ba’alawi dalam kitab Sullam Al-Taufiq, kriteria tersebut meliputi:

  1. Bekal dan Kendaraan: Memiliki bekal dan kendaraan yang bisa mengantarkan seorang Muslim untuk berhaji ke Mekkah. Jika tidak memiliki kendaraan, maka harus memiliki kemampuan finansial untuk membiayai perjalanan.
  2. Nafkah Keluarga: Meninggalkan cukup uang sebagai nafkah untuk keluarganya selama ditinggal berhaji.
  3. Keamanan: Adanya jaminan keamanan selama perjalanan, baik keamanan jiwa maupun harta.
  4. Penjagaan Keluarga dan Harta: Ada orang yang mampu menjaga barang dan keluarganya selama ia berhaji.
  5. Kesehatan dan Waktu: Perjalanan haji memungkinkan dilakukan dari segi fisik dan waktu.

Mampu dalam konteks haji tidak hanya sekadar memiliki uang. Ini juga mencakup kesiapan mental, fisik, dan spiritual. Seorang Muslim harus memastikan bahwa ia benar-benar siap dalam segala aspek sebelum berangkat haji.

Bagi mereka yang memenuhi semua ketentuan di atas, maka wajib untuk menunaikan ibadah haji.

Penutup

melaksanakan haji bagi yang mampu
Source Image: canva.com

Naik haji bagi yang mampu adalah perintah yang sangat mulia dalam Islam. Sebagai salah satu rukun Islam, haji menyempurnakan keislaman seseorang dan membawa banyak pahala serta keberkahan.

Oleh karena itu, setiap Muslim yang mampu secara fisik dan finansial sehingga termasuk dalam kategori ini “naik haji bagi yang mampu” hendaklah mereka berupaya untuk menunaikan ibadah haji setidaknya sekali dalam seumur hidup.

Juni 28, 2024

Puasa qadha adalah kewajiban bagi umat Muslim yang memiliki hutang puasa Ramadan. Ibadah ini ditunaikan untuk mengganti hari puasa yang telah ditinggalkan selama bulan Ramadan karena alasan tertentu.

Bagaimana cara membayar puasa Ramadan dengan mengqadha dan batas waktu menunaikannya? Berikut panduan lengkap mengenai puasa qadha Ramadhan, termasuk niat, tata cara, waktu pembayaran, dan ketentuan lainnya.

Apa Itu Puasa Qadha Ramadhan

Secara bahasa, qadha berarti menyelesaikan, menunaikan, dan memutuskan hukum atau membuat suatu ketetapan. Dalam konteks puasa Ramadan, qadha merujuk pada tindakan mengganti hari ibadah puasa yang ditinggalkan.

Saat tidak mampu menjalani puasa Ramadan karena alasan tertentu, kita diwajibkan menggantinya dengan mengerjakan puasa qadha ramadhan atau membayar fidyah.

puasa qadha ramadhan
Source Image: canva.com

Syarat diwajibkannya melakukan puasa qadha Ramadhan adalah bagi mereka yang mampu berpuasa tetapi terhalang karena alasan tertentu sesuai ketentuan Allah SWT, seperti sakit, perjalanan, atau haid bagi wanita.

Anda wajib mengganti puasa Ramadan sesuai dengan jumlah hari puasa yang ditinggalkan. Dalil mengenai qadha ini tertuang dalam Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah ayat 184, yang artinya:

“(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

Doa dan Niat Puasa Qadha Ramadhan

Anda dapat melakukan puasa qadha ramadhan di luar bulan Ramadan, tepatnya dari bulan Syawal hingga bulan Sya’ban. Saat menjalani puasa qadha, niat harus dibaca sejak malam sebelum puasa hingga sebelum waktu fajar saat sahur.

Niat puasa qadha ramadhan adalah sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an qadaa’i fardhi syahri Ramadhaana lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Saya berniat mengganti (mengqadha) puasa bulan Ramadan karena Allah Ta’ala.”

niat puasa qadha ramadhan
Source Image: canva.com

Ketika waktu berbuka tiba, Anda juga dapat membaca doa buka puasa qadha:

اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

Allahuma laka shumtu wa bika amantu wa’ala rizqika afthartu. Birrahmatika yaa arhamar roohimin.
Artinya: “Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dan kepada-Mu aku beriman, dan dengan rezeki-Mu aku berbuka. Dengan rahmat-Mu Wahai Yang Maha Pengasih dan Penyayang.”

Tata Cara Puasa Qadha Ramadhan

Cara melakukan puasa qadha ramadhan tidak jauh berbeda dengan puasa Ramadan. Rukun dan syarat puasanya juga sama. Berikut panduan tata cara puasa qadha ramadhan:

  1. Jumlah hari puasa sesuai dengan jumlah hari yang ditinggalkan saat Ramadan. Misalnya, jika tidak berpuasa selama 7 hari, maka wajib menggantinya sebanyak 7 hari.
  2. Jika lupa jumlah hari yang ditinggalkan, ambillah jumlah maksimal dari hari yang ditinggalkan.
  3. Dianjurkan mengqadha puasa secara berurutan. Namun, jika tidak memungkinkan, boleh dilakukan secara terpisah.
  4. Membaca niat puasa qadha di malam hari atau saat sahur.
  5. Selama berpuasa, dianjurkan juga menjalani amalan baik lainnya, seperti salat sunnah, membaca Al-Qur’an, dan bersedekah.

Waktu Membayar Qadha Puasa Ramadhan

kapan puasa qadha dilaksanakan
Source Image: canva.com

Kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan puasa qadha Ramadhan? Berikut penjelasannya:

Waktu yang Dianjurkan

Hutang puasa Ramadan sebaiknya dibayarkan sebelum memasuki bulan Ramadan berikutnya. Adapun waktu yang disarankan yaitu:

  1. Bulan Syawal: Setelah hari raya Idulfitri, Anda bisa membayar puasa qadha di bulan Syawal. Anda juga diperbolehkan menggabungkan puasa sunnah 6 hari bulan Syawal dengan qadha.
  2. Bulan Sya’ban: Sebelum pertengahan bulan Sya’ban di tahun berikutnya. Setelah pertengahan bulan Sya’ban, hukumnya menjadi makruh.
  3. Bersamaan dengan puasa sunnah: Anda bisa membayar hutang puasa Ramadan bersamaan dengan puasa sunnah, seperti puasa Senin dan Kamis.

Waktu yang Dilarang

Mengganti puasa qadha ramadhan dapat dilakukan kapan pun di luar bulan Ramadan, kecuali pada hari-hari yang dilarang untuk berpuasa yaitu:

  1. 1 Syawal (Hari Raya Idulfitri)
  2. 10 Dzulhijjah (Hari Raya Iduladha)
  3. 11, 12, dan 13 Dzulhijjah (Hari Tasyrik)
  4. Hari Jumat, kecuali jika disertai dengan puasa pada hari Sabtu atau Kamis di pekan yang sama.

Bagaimana Jika Hutang Puasa Tidak Ditunaikan?

Jika memiliki puasa Ramadan yang tertinggal, wajib menggantinya sesegera mungkin. Jika tidak dibayarkan dan ditinggalkan, akan terhitung sebagai dosa. Puasa qadha tidak boleh dibatalkan kecuali terdapat udzur yang dibenarkan syariat.

hukum puasa qadha
Source Image: canva.com

Jika hutang puasa tidak dibayar hingga Ramadan berikutnya, Anda tetap wajib menjalankan ibadah puasa Ramadan dan segera menggantinya setelah Ramadan selesai.

Selain mengqadha, juga dituntut untuk membayar fidyah sebagai denda. Fidyah dibayar dalam bentuk bahan makanan pokok dalam jumlah tertentu, sesuai dengan porsi ‘makan sempurna’ yang biasa digunakan untuk mengganti satu hari puasa yang ditinggalkan.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah ayat 184: “Tidaklah menetapkan waktu tertentu sebagai batasan. Fidyah ditunaikan sesuai kelapangan.”

Penutup

Demikian panduan lengkap mengenai puasa qadha. Selain berpuasa, pastikan selalu berbuat kebaikan agar ibadah lebih sempurna, salah satunya dengan bersedekah.

Semoga informasi ini bermanfaat.

Juni 26, 2024

Agama Islam memberikan kemudahan bagi orang-orang yang sedang sakit dan telah meninggal untuk dapat menunaikan ibadah haji melalui badal haji.

Saat ini, banyak agen travel yang menawarkan layanan badal haji dengan berbagai informasi mengenai biaya badal haji yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan paket yang dipilih.

Badal haji merupakan proses di mana seseorang menjalankan ibadah haji atas nama orang lain yang tidak dapat melakukannya sendiri karena sakit atau telah meninggal.

Oleh Karena itu artikel kali ini akan membahas lengkap tentang biaya badal haji 2024 dan terbaru di tahun 2025 ini cek apa saja syaratnya berapa biayanya agar memudahkan Anda nantinya.

Berapa Biaya Badal Haji 2025

Dikutip dari laman kemenag.go.id, bagi yang ingin melakukan badal haji untuk orang yang sudah meninggal, informasi mengenai kisaran biaya badal haji dimulai dari harga Rp7 juta hingga Rp16 juta.

biaya badal haji
Source Image: kemenag.go.id/

Perbedaan biaya badal haji ini disebabkan oleh variasi fasilitas yang ditawarkan oleh masing-masing agen travel. Paket biaya badal haji yang lebih mahal biasanya menawarkan fasilitas yang lebih baik, termasuk akomodasi, transportasi, dan layanan tambahan lainnya.

Menurut buku “Hukum Badal Haji dan Umrah” karya Nursilaturahmah dkk (2020), badal haji untuk orang yang sudah meninggal hukumnya boleh dan sah.

Hal ini memberikan kesempatan bagi keluarga untuk memenuhi kewajiban haji bagi anggota keluarga yang telah wafat untuk berhaji dengan syarat memenuhi biaya badal haji yang ditetapkan.

Biaya Badal Umroh Untuk Orang Yang Sudah Meninggal

Sedangkan untuk biaya badal umroh untuk orang yang sudah meninggal berkisar antara 2.500.000 – 6.000.000 rupiah, namun tentu saja angka ini hanyalah perkiraan.

Syarat Badal Haji & Umroh

Bagi yang ingin melakukan badal haji untuk orang yang sudah meninggal, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi:

1. Orang yang Sudah Meninggal Dunia

Badal haji diperbolehkan bagi orang tua atau kerabat yang telah meninggal dunia. Ahli waris atau anak-anaknya dapat melakukan badal haji jika almarhum atau almarhumah berwasiat untuk dihajikan.

2. Orang yang Tidak Mampu secara Fisik

Badal haji juga diperbolehkan untuk menggantikan seseorang yang masih hidup tetapi tidak mampu melaksanakan rukun haji di tanah suci karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan, terutama bagi mereka yang menderita sakit kronis yang tidak diharapkan sembuh.

3. Orang yang Membadalkan Harus yang Sudah Pernah Berhaji

biaya badal haji untuk orang yang sudah meninggal
Source Image: Canva

Orang yang akan melakukan badal haji harus sudah pernah melaksanakan ibadah haji sebelumnya. Jika belum, maka badal hajinya tidak sah dan haji tersebut dianggap untuk dirinya sendiri.

4. Satu Orang Hanya Boleh Membadalkan Haji Satu Kali

Badal haji hanya boleh dilakukan untuk satu orang dalam satu kali waktu. Tidak diperbolehkan bagi seseorang membadalkan haji untuk dua orang atau lebih secara bersamaan, misalnya membadalkan haji untuk 10 orang sekaligus.

Proses Badal Haji & Umroh

Pelaksanaan badal haji biasanya melibatkan beberapa tahapan yang harus dipenuhi, antara lain:

1. Pemilihan Agen Travel:

Memilih agen travel yang terpercaya dan memiliki pengalaman dalam mengurus badal haji. Pastikan agen tersebut memiliki izin resmi dari Kementerian Agama.

2. Pendaftaran dan Pembayaran:

Melakukan pendaftaran dan pembayaran sesuai dengan paket yang dipilih. Pembayaran dapat dilakukan secara langsung atau melalui transfer bank.

3. Pengumpulan Dokumen:

Mengumpulkan dokumen yang diperlukan seperti surat wasiat (jika ada), fotokopi KTP, dan dokumen pendukung lainnya.

4. Pelaksanaan Badal Haji & Umroh

Agen travel akan mengurus seluruh proses pelaksanaan badal haji/umroh, mulai dari keberangkatan hingga pelaksanaan seluruh rukun haji di tanah suci atas nama orang yang dibadalhajikan.

Manfaat Badal Haji

berapa biaya badal haji 2024 kemenag
Source Image: Canva.com

Badal haji memberikan banyak manfaat, antara lain:

1. Memenuhi Kewajiban Agama:

Membantu memenuhi kewajiban haji bagi mereka yang tidak dapat melaksanakannya sendiri karena sakit atau telah meninggal.

2. Ketenangan Batin:

Memberikan ketenangan batin bagi keluarga yang merasa telah menunaikan kewajiban haji untuk anggota keluarga yang telah tiada.

3. Pahala dan Keberkahan:

Mendapatkan pahala dan keberkahan dari Allah SWT karena telah membantu orang lain menunaikan ibadah haji.

Penutup

Itulah informasi lengkap mengenai biaya badal haji untuk orang yang sudah meninggal serta syarat-syarat pelaksanaannya.

Dengan memahami berbagai aspek terkait biaya badal haji, Anda dapat mempersiapkan diri lebih baik dan memastikan ibadah haji tetap terlaksana meski dengan bantuan perwakilan.

Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda yang ingin menunaikan ibadah haji untuk keluarga tercinta yang telah tiada.

Dengan langkah ini, Anda tidak hanya memenuhi kewajiban agama, tetapi juga memberikan penghormatan dan ketenangan bagi jiwa mereka yang telah berpulang.